Horas! Mejuah-juah!
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, resmi menerima marga Sebayang dalam sebuah upacara budaya Karo bertajuk “Mburo Ate Tedeh”. Acara tersebut digelar di Ballroom Tjut Nyak Dien, Buperta Cibubur, Jakarta Timur, pada Minggu (16/11/2025).
Dalam prosesi adat itu, Pramono memperkenalkan dirinya dengan nama baru yang melekat sebagai simbol penghormatan masyarakat Karo: Pramono Anung Wibowo Sebayang. Ia menyampaikan bahwa nama tersebut akan terus dipakainya sebagai bentuk penghargaan atas penerimaan hangat dari komunitas Karo.
“Saya Pramono Anung, sekarang menjadi Pramono Anung Wibowo Sebayang. Lahir di Kediri, besar di Bandung, 25 tahun jadi pejabat, dan kalau masa gubernur selesai menjadi 30 tahun di Jakarta. Sekarang saya betul-betul menjaga adat Betawi,” ujar Pramono.
Merasa Seperti di Rumah Sendiri
Dalam sambutannya, Pramono mengungkap bahwa ia merasa sangat dekat dengan masyarakat Karo. Ia menilai ada banyak karakter positif dari orang Karo yang ia amati sejak awal keterlibatannya di dunia politik.
Salah satu sifat yang ia tekankan adalah keterbukaan, yang menurutnya membuat masyarakat Karo mampu menerima siapa pun tanpa memandang latar belakang agama, selama tetap menghormati adat setempat.
“Masyarakat Karo itu terbuka. Mereka bisa menerima siapa saja. Karena itu, sepanjang sejarahnya tidak pernah ada persoalan intoleransi di Karo,” tuturnya.
Keyakinan Dukungan Sejak Awal
Pramono juga mengenang momen ketika pertama kali bertemu komunitas Karo di Cililitan, Jakarta Timur, saat dirinya masih calon gubernur. Menurutnya, sambutan hangat kala itu membuatnya semakin yakin akan mendapatkan dukungan penuh.
“Di situ saya makin yakin pasti menang. Karena belum pernah saya datang ke daerah, apalagi malam-malam, lalu ada yang bilang, ‘Mas Pram, saya jamin di sini Mas Pram menang 100 persen,’” ujarnya mengenang.
Karakter Khas Masyarakat Karo
Pramono menilai orang Karo memiliki kepribadian yang kuat, antara lain:
- Pekerja keras
- Jujur
- Tegas
- Menepati janji
Ia juga menyebut masyarakat Karo memiliki solidaritas tinggi, yang tercermin dalam sistem rakut sitelu, yaitu konsep persaudaraan yang menekankan ikatan hati dan tanggung jawab—lebih dari sekadar hubungan darah.
Pertama Kali Menerima Marga Baru
Pramono mengaku banyak pihak pernah menawarkan marga kepadanya. Namun, marga Sebayang adalah yang pertama ia terima sepanjang hidupnya. Menurutnya, hal-hal kecil dalam budaya Karo yang ia amati selama ini membuatnya mantap untuk menerima kehormatan tersebut.
“Mohon maaf, ini pertama kali saya menerima marga di luar yang saya miliki. Padahal yang menawarkan marga itu banyak. Tapi hal-hal kecil dari budaya Karo justru membuat saya yakin,” ujarnya.
Dengan penyematan marga tersebut, Pramono kini menjadi bagian dari keluarga besar Karo, sekaligus menegaskan kedekatannya dengan masyarakat Sumatera Utara.


