Horas!
Keberagaman budaya ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga dapat kita temukan di suku Batak sendiri. Keberagaman ini terlihat dari adanya perbedaan adat, baju daerah dan juga ilmu bela diri.
Jika dari Tanah Batak kita mengenal Mossak, maka dari Tanah Karo kita akan mengenal Ndikkar. Sama halnya seperti Mossak, Ndikkar juga merupakan salah satu ilmu bela diri yang mirip seperti silat.
Silat dari Tanah Karo
Mirip seperti Mossak, Ndikkar merupakan salah satu seni bela diri dari Tanah Karo. Dalam Bahasa Indonesia, Ndikkar berarti pencak silat atau silat.
Jika ndikkar adalah sebutan untuk aktivitasnya, maka Pandikkar merupakan sebutan untuk orang-orang yang mendalami ilmu bela diri Ndikkar.
Namun, kini masyarakat Karo lebih sering menggunakan kata Silat Karo daripada Ndikkar dalam penggunaan sehari-hari. Bahkan, jika kita bertanya pada anak muda sekarang, ada kemungkinan kata ndikkar ini sangat asing bagi mereka.
Berasal dari Tari-tari Bintang
Ciri khas dari Ndikkar ini sendiri merupakan adanya gerakan-gerakan silat yang mirip dengan tari-tarian. Bahkan, ndikkar ini kerap menggunakan musik sebagai pengiringnya ketika sedang tampil.
Gerakan tari-tarian yang ada di dalam ndikkar ini bukan gerakan sembarang, lho Dongan BK. Gerakan ini diambil dari gerakan tarian tradisional Karo yang dikenal dengan nama Tari-tari Bintang.
Pada umumnya, Pandikkar ini belajar pada seorang guru. Pandikkar akan mempelajari semua hal terkait dengan jurus-jurus Ndikkar.
Di akhir pelajarannya nanti, Pandikkar akan menampilkan hal-hal yang telah dipelajarinya dari sang guru selama masa pembelajarannya.
Dalam penampilan ini biasanya pandikkar akan bertanding dengan pandikkar lainnya sambil diiringi musik. Setiap gerakan pandikkar yang akan ditampilkan akan dikeluarkan secara spontan mengikuti alunan musik.
Pada awalnya, musik akan dimainkan secara lambat. Gerakan pandikkar juga akan akan lambat mengikuti tempo musik. Tahap ini disebut sebaga pemanasan. Di tahap ini juga, pandikkar juga akan melihat dan mempelajari serta mencari celah untuk menyerang lawannya.
Jika dirasa sudah cukup, tempo musik akan dinaikkan. Pandikkar mulai saling menyerang satu sama lain. Tak perlu heran dengan gerakan ndikkar yang berbeda dan bervariasi, karena pada dasarnya memang tidak ada ketentuan khusus terkait dengan gerakan yang digunakan.
Perlahan-lahan tempo musik ndikkar mulai diturunkan, pertanda bahwa pertandingan akan segera berakhir. Gerakan pandikkar pun mulai melambat sesuai dengan alunan musik. Saat musik berhenti, berarti pertandingan berakhir dan kedua pandikkar akan menutup pertandingan dengan saling memberi salam.
Sama halnya dengan bela diri tradisional lainnya, ndikkar juga diambang kepunahan. Hal ini terjadi karena kita sebagai anak muda tidak tertarik untuk belajar dan mengenal seni bela diri suku kita sendiri.
Padahal manfaat yang kita peroleh dari ndikkar juga sama dengan bela diri lainnya, yaitu menyehatkan jiwa dan raga.
Dongan BK, yuk kita belajar dan melestarikan seni bela diri dari suku kita sendiri, agar budaya ini tetap terjaga dan dilestarikan!