Horas!
Dongan BK, ada sebuah legenda tragis tentang Simardan, seorang anak yang durhaka kepada ibunya hingga akhirnya dikutuk menjadi sebuah pulau di tengah perairan yang kini dikenal sebagai Pulau Simardan di wilayah Tanjungbalai.
Cerita Rakyat Simardan, Pentingnya Hormat Kepada Orang Tua
Cerita rakyat ini mengandung pesan moral yang mendalam tentang pentingnya menghormati orang tua. Kisahnya bermula dari seorang janda miskin yang hidup sederhana bersama anak laki-lakinya, Simardan. Karena ingin memperbaiki nasib, Simardan memutuskan untuk merantau ke negeri seberang dengan harapan bisa mengubah kehidupan mereka.
Setelah bertahun-tahun, Simardan dikisahkan berhasil menjadi orang kaya di negeri rantau, bahkan memiliki kapal besar. Dalam beberapa versi, ia disebut menemukan harta karun yang kemudian dijual ke negeri seberang — tepatnya ke Malaysia — dan dari sanalah kekayaannya bermula. Keberhasilannya membuat Simardan menikahi putri kerajaan Malaysia, lalu suatu ketika ia kembali berlayar menuju kampung halamannya di Tanjungbalai.
Mendengar kabar kepulangan anaknya, sang ibu yang sudah renta datang untuk menyambut. Namun, alangkah sedihnya ketika Simardan menyangkal wanita tua itu sebagai ibunya, merasa malu dengan kondisi ibunya yang miskin di hadapan istri bangsawannya.
Dalam versi lain, diceritakan bahwa Simardan yang telah lama menikah namun belum dikaruniai anak kembali pulang ke Tanjungbalai. Ketika ibunya datang untuk berkenalan dengan sang menantu, ia tetap tidak mengakui wanita tua itu sebagai ibunya. Dengan hati hancur, sang ibu pergi sambil berdoa kepada Tuhan, memohon agar kebenaran ditunjukkan kepada anaknya yang sombong.
Tak lama setelah doa itu terucap, datanglah angin kencang dan ombak besar yang menghantam kapal Simardan. Kapal itu hancur berkeping-keping, dan tubuh Simardan perlahan berubah menjadi sebuah pulau di tengah laut. Para pelayan, pengikut, dan bahkan istrinya pun ikut terkena kutukan, berubah menjadi kera putih.
Sejak saat itu, masyarakat menyebut daratan itu sebagai Pulau Simardan, yang dipercaya terbentuk karena murka alam akibat kedurhakaan seorang anak kepada ibunya.
Legenda Simardan hingga kini menjadi pengingat bagi masyarakat Batak akan nilai-nilai luhur tentang kasih sayang, bakti kepada orang tua, serta konsekuensi dari kesombongan dan pengingkaran terhadap asal-usul.


