Horas!
Dongan BK, setiap pergantian tahun, biasanya orang Batak Toba mengadakan tradisi yang dinamakan mandok hata. Tradisi ini adalah bentuk komitmen untuk menjalani tahun berikutnya dengan lebih baik.
Komitmen itu dinyatakan orang Batak dengan dua bentuk rekonsiliasi di malam tahun baru.
Pertama, rekonsiliasi teologis, mengakui dan menyesali segala dosa atau kesalahan setahun lalu di hadapan Tuhan. Lalu berjanji untuk mengubah cara hidup di tahun mendatang. Meninggalkan dalan naburuk, “jalan lama” untuk kemudian menempuh dalan naimbaru, “jalan baru”.
Kedua, rekonsialisasi sosiologis, mengakui dan menyesali segala kesalahan dan kelemahan diri setahun lalu di hadapan keluarga. Lalu berjanji memperbaiki perilaku di tahun yang baru, dalam interaksi dan komunikasi dengan anggota keluarga. Meninggalkan keburukan dengan berlalunya tahun lama, menapaki kebaikan di tahun yang baru.
Mandok Hata Sebagai Rekonsiliasi Sosiologis
Rekonsiliasi sosiologis semacam itu dikenal sebagai tradisi mandok hata, menyampaikan perkataan, di malam Tahun Baru. Prakteknya, tepat pukul 00.00 seluruh anggota keluarga besar duduk melingkar di ruang tengah rumah. Kepala keluarga lalu memimpin doa syukur, dilanjutkan dengan acara mandok hata. Nanti ditutup dengan nasihat kepala keluarga, lalu doa rekonsiliasi dan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik dan harmonis.
Tradisi mandok hata itu semacam praktek demokrasi dalam keluarga Batak. Setiap anggota keluarga, lazimnya dimulai dari yang tertua, menyampaikan evaluasi diri. Mengakui kesalahan dan kelalaian, dalam perbuatan dan perkataan, dalam interaksi setahun dengan anggota keluarga lainnya. Termasuk di sini menumpahkan segala unek-unek. Pengakuan itu ditutup dengan permintaan maaf dan janji untuk memperbaiki diri pada tahun yang baru.
Begitulah orang Batak melakukan rekonsiliasi teologis dan sosiologis setiap tahun. Suatu proses yang secara manifes tampak sebagai rangkaian perataan Natal dan Tahun Baru.