Horas!
Dongan BK, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data yang mencatat 10 suku di Indonesia dengan tingkat sarjana terbanyak. Data ini mengungkapkan bahwa terdapat disparitas yang cukup signifikan dalam hal persentase lulusan sarjana di antara berbagai suku di Indonesia.
Suku Batak menempati urutan paling atas dengan persentase 18.02 persen. Angka ini disusul oleh Suku Minangkabau di posisi kedua dengan persentase 18 persen. Selanjutnya di posisi ketiga, Suku Bali turut mengisi deretan top 3 dengan persentase 14,54 persen.
Hasil ini cukup mengejutkan mengingat populasi kedua suku terakhir tidak sebesar suku Jawa dan Sunda, misalnya.
10 Suku Dengan Jumlah Sarjana Terbanyak di Indonesia
Berikut ini adalah daftar 10 suku dengan jumlah sarjana terbanyak di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik, antara lain:
- Batak 18,02% Sarjana
- Minangkabau 18,00% Sarjana
- Bali 14,54% Sarjana
- Bugis 14,54% Sarjana
- Betawi 14,38% Sarjana
- Melayu 12,67% Sarjana
- Banjar 11,24% Sarjana
- Jawa 9,56% Sarjana
- Sunda 7,59% Sarjana
- Madura 4,15% Sarjana
Apa yang Menyebabkan Perbedaan Ini?
Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perbedaan persentase lulusan sarjana antar suku, di antaranya:
Nilai budaya yang menempatkan pendidikan tinggi sebagai prioritas utama dapat mendorong anggota suku untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Orang Batak mengenal prinsip Hasangapon, yaitu kehormatan atau terpandang. Sebuah kehormatan akan didapat jika memiliki status sosial yang tinggi, salah satunya adalah dengan memilki pendidikan yang tinggi.
Selain itu, kondisi ekonomi keluarga yang baik memungkinkan seseorang untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini juga sejalan dengan prinsip orang Batak lainnya, Hamoraon yang mendorong orang Batak untuk menjadi pekerja keras untuk mengumpulkan harta yang banyak.
Namun pada akhirnya, pemerintah perlu merancang kebijakan pendidikan yang lebih inklusif untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama di daerah dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.