Monumen atas Tragedi Lobu Pining, wafatnya martir Lyman & Munson.
Monumen atas Tragedi Lobu Pining, wafatnya martir Lyman & Munson.
Beranda Budaya Tragedi Lobu Pining, Dua Misionaris Amerika yang Gugur di Tanah Batak
Budaya

Tragedi Lobu Pining, Dua Misionaris Amerika yang Gugur di Tanah Batak

Bagikan

Horas!

Dongan BK, pernahkah klean mendengar nama Munson dan Lyman? Dua orang asing berkulit putih, datang jauh-jauh dari Amerika Serikat, menembus belantara Sumatra demi satu hal: menyampaikan pesan damai. Tapi siapa sangka, niat baik mereka justru berakhir tragis di Tanah Batak.

Kisah ini terjadi hampir dua abad yang lalu, tepatnya tahun 1834. Samuel Munson dan Henry Lyman—dua pendeta muda dari Boston, Amerika Serikat—memutuskan untuk meninggalkan kenyamanan hidup mereka, demi menjalankan misi iman ke salah satu tempat yang waktu itu masih dianggap “liar”, yakni Sumatra Utara.

“Mulak, mulak ma hamu!” — teriakan keras itu menggema di antara pepohonan dan semak belukar Silindung, kala dua pendeta muda asal Amerika Serikat, Samuel Munson dan Henry Lyman, tiba di Tanah Batak pada tahun 1834.

Teriakan itu berarti “Pulanglah kalian!”. Bagi Munson dan Lyman, itu bukan sambutan hangat, melainkan tanda penolakan—dan berakhir menjadi peristiwa tragis yang menutup perjalanan mereka.

Misi dari Boston ke Tanah Batak

Keduanya memulai perjalanan misi mereka dari Boston, Amerika Serikat, dengan niat menyebarkan kabar baik ke pelosok dunia. Munson, dikenal cerdas dan bersemangat dalam penginjilan. Sementara Lyman, dulunya sempat antipati terhadap agama, justru tersentuh dan kemudian menempuh pendidikan pendeta.

Setelah menyelesaikan studi di Andover pada 1832, dan menikah tahun berikutnya, mereka berdua siap menjalankan panggilan sebagai misionaris. Dengan menumpangi kapal Dunkan, mereka bertolak ke Hindia Belanda, ditemani doa dan air mata jemaat yang mengantar mereka di pelabuhan.

Menembus Belantara Sumatra

Potret Henry Lyman dan Samuel Munson.
Potret Henry Lyman dan Samuel Munson | validnews.id

Setelah 105 hari pelayaran dan sempat singgah di Batavia, mereka belajar bahasa Melayu dan membuka praktik pengobatan. Setelah merasa cukup siap, izin pun diperoleh untuk pergi ke Tanah Batak—wilayah yang sejak lama menjadi impian Munson.

Perjalanan menuju Silindung dilakukan lewat jalur darat yang berat. Mereka harus berjalan melewati hutan lebat, mendaki dan menuruni bukit, hingga akhirnya tiba di kampung Raja Suasa. Namun demi mengejar waktu, mereka memilih langsung menuju Silindung tanpa menyampaikan kabar lebih dulu—keputusan yang ternyata fatal.

Pertemuan dengan Raja Panggalamei

Di pinggir kampung Silindung, mereka dihampiri oleh Raja Panggalamei dan pasukannya. Suasana tegang pun terjadi. Meski Munson dan Lyman berusaha menunjukkan itikad baik dengan menyebut kata “Horas” dan “Damai”, ketegangan tak bisa diredakan.

Kekeliruan komunikasi memperkeruh suasana. Masyarakat Batak kala itu curiga terhadap orang asing berkulit putih, karena sejarah kolonialisme yang telah menyisakan luka. Para raja di wilayah itu bahkan telah membuat kesepakatan untuk menjaga perbatasan dari ancaman luar.

Dalam kebingungan, sempat terjadi tembakan. Lyman dan Munson pun ditikam hingga tewas. Keduanya menyerahkan diri tanpa melawan, berdoa hingga akhir hayat mereka di hadapan masyarakat Silindung.

Warisan di Tanah Misi

Kisah Munson dan Lyman sempat tenggelam, hingga akhirnya nama Nommensen muncul puluhan tahun kemudian. Nommensen, misionaris asal Jerman, justru berhasil menetap dan menyebarkan Injil di Tanah Batak. Ia pun dikenal luas hingga kini sebagai pembawa kabar damai di wilayah itu.

Menariknya, Nommensen pun nyaris mengalami nasib yang sama. Ia sempat hendak diracun dan dieksekusi, namun ‘keajaiban’ demi ‘keajaiban’ membuatnya selamat. Dari situlah, kepercayaan masyarakat Batak mulai terbuka, dan Nommensen pun mendirikan gereja serta sekolah.

Kini, kenangan Munson dan Lyman diabadikan dalam bentuk monumen di Lobu Pining, Tapanuli Utara. Sebuah batu bertuliskan dedikasi dari Amerika menjadi penanda tempat gugurnya dua orang yang dianggap sebagai martir Injil di tanah Batak.

Kematian mereka bukan akhir, tapi justru benih dari lahirnya generasi baru penginjil yang membawa perubahan besar di wilayah Batak. Bagi sebagian orang Batak, darah Munson dan Lyman adalah simbol cinta dan pengorbanan yang tak pernah sia-sia.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Ilustrasi perempuan Batak di Rumah Bolon.
Budaya

Mengenal Panggilan di Setiap Puak Batak, Simbol Kekayaan Budaya

Horas! Dongan BK, suku Batak yang berasal dari wilayah Sumatra Utara dan...

Mengenal ritual Sibiangsa, peninggalan Batak Kuno.
Budaya

Sibiangsa, Jejak Kelam Senjata Magis dari Tanah Batak

Horas! Dongan BK, masyarakat Batak dikenal memiliki kekayaan tradisi dan budaya yang...

Prosesi mangulosi Batak Toba (@sasada_pictures/Instagram).
Budaya

Tata Cara Pemberian Ulos dalam Adat Batak

Pemberian ulos ini sakral, sehingga tidak bisa dilakukan sembarangan.

Ilustrasi pasangan Batak yang berbahagia (Samidin Yabes/unsplash.com).
Budaya

Martandang, Tradisi PDKT Romantis dalam Budaya Batak

Masyarakat Batak memiliki cara unik dalam menjalin hubungan asmara hingga menemukan pasangan...