Horas!
Dongan BK, perkembangan peran ibu dalam keluarga Batak menjadi topik utama dalam program Apresiasi Budaya Batak yang disiarkan Pro 4 RRI Jakarta pada Senin, 15 Desember 2025. Acara yang dipandu Dermawan ini menghadirkan Tiomora EM Stanggang, ST, MM, Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Batak Center, sebagai narasumber. Diskusi berlangsung hangat dan reflektif, menyoroti bagaimana peran ibu Batak terus berkembang seiring perubahan zaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya yang mengakar.
Tiomora menjelaskan bahwa sejak dahulu ibu memegang posisi strategis dalam keluarga Batak sebagai pendidik pertama, penjaga nilai moral, dan perekat keharmonisan rumah tangga. Namun, dinamika sosial, ekonomi, dan kemajuan teknologi telah mendorong perubahan peran tersebut. Saat ini, ibu Batak tidak lagi terbatas pada ranah domestik, melainkan turut berkiprah di ruang publik sebagai pendidik, profesional, aktivis sosial, hingga pengambil keputusan. Menurutnya, perubahan ini bukanlah pengikisan nilai, melainkan bentuk penguatan peran ibu dalam menjawab tantangan masa kini.
Ia menegaskan bahwa nilai-nilai utama dalam budaya Batak—seperti hagabeon (keturunan), hasangapon (kehormatan), dan hamoraon (kesejahteraan)—tetap menjadi landasan pengasuhan. Hanya saja, cara penanamannya kini lebih fleksibel, komunikatif, dan berlandaskan empati. Ibu Batak masa kini dituntut mampu menjadi tempat berkeluh kesah bagi anak-anak sekaligus pembimbing dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern. Oleh sebab itu, pendidikan karakter dan perlindungan anak menjadi aspek penting yang harus dijaga bersama.
Lebih lanjut, Tiomora menekankan bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kunci utama ketahanan keluarga Batak. Perempuan yang kuat secara pendidikan, ekonomi, dan mental diyakini mampu melahirkan generasi yang berdaya saing dan berkarakter. Melalui Batak Center, berbagai program edukasi, advokasi, dan pendampingan terus dilakukan guna memastikan perempuan dan anak memperoleh perlindungan serta ruang hidup yang aman, adil, dan bermartabat.
Menutup perbincangan, Dermawan menyimpulkan bahwa perubahan peran ibu dalam keluarga Batak bukan sekadar fenomena sosial, melainkan bagian dari proses budaya yang terus hidup dan menyesuaikan diri. Program Apresiasi Budaya Batak kali ini menjadi pengingat bahwa di balik kuatnya budaya Batak, terdapat peran ibu yang senantiasa beradaptasi, berjuang, dan menjadi cahaya bagi keluarga serta generasi penerus bangsa.


