Horas!
Dongan BK, beberapa dari klean mungkin sudah mengetahui apa itu pariban dalam tradisi Batak. Namun bagi generasi Milenial dan Gen Z, terutama yang bukan berasal dari Tanah Batak pasti pernah terbesit pertanyaan, apa sih pariban itu?
Bagi masyarakat Batak, pariban sudah menjadi tolak ukur ideal suatu pernikahan. Tujuannya adalah untuk menjaga hubungan persaudaraan antarkeluarga.
Kali ini, BATAKKEREN akan coba menjelaskan tentang apa itu pariban dan mengapa tradisi ini dilestarikan oleh masyarakat Batak.
1. Arti dari Pariban
Bagi klean yang belum tau, pariban dalam bahasa Batak artinya adalah saudara sepupu. Misalnya, panggilan anak laki-laki kepada sepupu perempuan dari Tulang atau pamannya. Begitu pun sebaliknya, panggilan anak perempuan kepada sepupu laki-laki dari Namboru atau bibinya.
Sebenarnya, pariban telah diatur dalam hukum adat Batak, khususnya Batak Toba. Tradisi ini banyak dibicarakan karena berhubungan juga dengan silsilah dan kepribadian orang Batak.
Selain itu, terdapat istilah lainnya, yaitu marpariban.
2. Lantas, Apa Itu Marpariban?
Kemudian, ada istilah marpariban kandung yang merupakan hubungan saudara sepupu antara laki-laki dan perempuan. Namun karena relasi mereka sudah terjalin sejak kecil, biasanya mereka enggan dinikahkan lantaran hubungan yang sudah terlalu dekat, serta takut terjadinya incest.
Hubungan pariban ini harus antara anak laki-laki dengan perempuan saudara laki-laki dari ibunya, tidak bisa terbalik.
Bila marpariban telah memiliki hubungan percintaan, maka orang tua mereka justru akan mendukung mereka untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.
3. Pariban Adalah Simbol Menjaga Persaudaraan
Bagi masyarakat Batak Toba, pariban adalah simbol dalam menjaga dan mempererat tali persaudaraan. Selain itu, tradisi ini dianggap sebagai keuntungan dalam mencari jodoh. Hal ini menjadikan pariban sebagai kewajiban untuk membentuk pernikahan yang baik dan ideal.
Jika seorang kemenakan atau bere tidak menikah dengan pariban-nya, maka ia akan menyampaikan permohonan maaf kepada Tulang secara santun dan arif untuk mendapatkan pengertiannya, serta meminta doa restu dari Tulang-nya.
4. Praktik Pariban Mulai Ditinggalkan Di Zaman Modern
Seiring berjalannya waktu, pernikahan pariban tidak selalu berjalan dengan mulus. Hal ini disebabkan karena anak muda Batak Toba zaman sekarang sudah tidak terikat dengan pariban.
Tidak sedikit dari mereka yang menggambarkan bahwa pariban adalah sebuah hubungan yang rumit dan mengekang. Menikah dengan pariban-nya dianggap tidak menambah hubungan keluarga lebih luas dan heterogen.
Di sisi lain, pernikahan pariban juga memiliki resiko tinggi mendapatkan penyakit keturunan. Terlebih jika terdapat individu yang berpotensi menurunkan riwayat penyakit, sehingga hal ini tidak dapat dihindari.
Meskipun saat ini pariban sudah tidak wajib dan seketat sebelumnya, namun tradisi ini perlu dilestarikan. Jika anak muda Batak Toba tidak berniat melakukannya, namun tetap harus dihargai sebagai bagian dari adat dan budaya.