Horas!
Dongan BK, Pemerintah Indonesia semakin serius menggarap potensi hilirisasi komoditas non-mineral. Salah satu langkah nyatanya terlihat dari komitmen Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh hilirisasi kemenyan di Indonesia.
Langkah ini sejalan dengan arahan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya mendorong pengembangan hilirisasi kemenyan saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Daerah ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kemenyan terbesar di Indonesia.
Dalam kunjungannya, Wapres Gibran menekankan pentingnya diversifikasi hilirisasi nasional. Ia menyoroti bahwa perhatian pemerintah tidak hanya boleh tertuju pada mineral strategis seperti nikel, tetapi juga harus merambah ke sektor pertanian yang memiliki nilai tambah tinggi, salah satunya kemenyan.
Kemenyan: Komoditas Ekspor Bernilai Tinggi
Kemenyan, yang merupakan getah dari pohon Styrax benzoin, telah lama menjadi komoditas unggulan Indonesia di pasar ekspor. Getah ini memiliki beragam kegunaan, mulai dari industri kosmetik, makanan, farmasi, hingga pemanfaatan dalam kegiatan keagamaan. Di berbagai negara, terutama di Eropa dan Asia, kemenyan dimanfaatkan sebagai bahan dasar parfum, lilin aromaterapi, permen, serta dupa yang digunakan dalam gereja dan kuil Hindu.
Data ekspor menunjukkan bahwa meskipun secara volume mengalami penurunan tipis dari 45.500 ton pada tahun 2023 menjadi 43.000 ton pada 2024, nilai ekspor kemenyan justru mengalami peningkatan. Nilai ekspor komoditas ini mencapai 52 juta dolar AS pada 2024, mencerminkan tingginya permintaan global terhadap produk turunan kemenyan.
Adapun negara-negara tujuan utama ekspor kemenyan Indonesia meliputi Tiongkok, Prancis, Bangladesh, Mesir, dan India.
Dorongan Hilirisasi untuk Meningkatkan Nilai Tambah
Hilirisasi kemenyan dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, sekaligus membuka peluang ekonomi baru di daerah-daerah penghasil. Selama ini, sebagian besar kemenyan diekspor dalam bentuk mentah. Padahal, potensi produk turunan dari kemenyan sangat luas dan memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi.
Dengan dukungan pemerintah pusat dan komitmen kuat dari tokoh-tokoh seperti Luhut dan Gibran, diharapkan pengembangan industri hilir kemenyan bisa segera terwujud. Selain memperkuat posisi Indonesia di pasar global, langkah ini juga diyakini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan petani kemenyan di Sumatera Utara dan wilayah lainnya.