Horas!
Dongan BK, Guru Tatea Bulan merupakan salah satu figur penting dalam sejarah Batak. Dipercaya sebagai anak pertama Si Raja Batak, Guru Tatea Bulan menjadi leluhur bagi marga-marga Batak.
Diriwayatkan, Guru Tatea Bulan mempunyai empat anak, yakni Saribu Raja, Limbong Maulana, Sagala Raja, Malau Raja, dan Raja Uti. Di puncak Pusuk Buhit, patung-patung perlambang silsilah Guru Tatea Bulan dan anak-anaknya tersebar. Terkadang, para peziarah menghaturkan doa di hadapan patung persembahan.
Melalui patung Guru Tatea Bulan dan Raja Uti, doa dipanjatkan kepada Mulajadi Na bolon yang dipercaya sebagai Tuhan dalam kepercayaan leluhur orang Batak. Maka, ziarah dan berdoa adalah kegiatan awal sebelum mereka menggelar ritual Tatea Bulan, sebuah upacara adat untuk menghormati sang leluhur.
Keturunan Guru Tatea Bulan
Guru Tatea Bulan menikah dengan Si Boru Basoburning dan dikaruniai lima orang anak laki-laki, yaitu:
- Si Raja Biak-biak / Siraja Uti
- Tuan Saribu Raja
- Limbong Mulana
- Sagala Raja
- Silau Raja
Dari kelima putranya, hanya Saribu Raja yang memiliki keturunan. Keturunan Saribu Raja inilah yang kemudian menjadi marga-marga Batak, seperti:
- Sinaga
- Situmorang
- Pandiangan
- Nainggolan
- Simatupang
- Aritonang
- Siregar
Guru Tatea Bulan dihormati sebagai leluhur dan panutan bagi masyarakat Batak. Sosoknya melambangkan kebijaksanaan, kepemimpinan, dan nilai-nilai budaya Batak yang luhur.
Sopo Ompu Guru Tatea Bulan
Sebagai penghormatan atas jasa dan perannya, didirikanlah Sopo Ompu Guru Tatea Bulan di Bukit Sigulanti, tidak jauh dari Pusuk Buhit, Samosir. Sopo ini menjadi situs budaya yang penting bagi masyarakat Batak, sebagai tempat untuk mengenang sejarah leluhur dan melestarikan budaya Batak.
Guru Tatea Bulan merupakan figur yang sangat penting dalam sejarah dan budaya Batak. Kehidupannya, keturunannya, dan nilai-nilai yang diajarkannya terus diwariskan dan dilestarikan hingga saat ini.