Ilustrasi makan bersama keluarga.
Ilustrasi makan bersama keluarga.
Beranda Budaya Hangat dan Penuh Kasih, Ini Tradisi Makan Bersama dalam Budaya Batak
Budaya

Hangat dan Penuh Kasih, Ini Tradisi Makan Bersama dalam Budaya Batak

Bagikan

Horas!

Dongan BK, tradisi makan bersama dalam budaya Batak bukan sekadar soal menyantap makanan—ia adalah perwujudan nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap satu sama lain. Meski perlahan mulai tergerus oleh zaman, masih ada momen-momen istimewa yang memperlihatkan betapa dalamnya makna makan bersama ini

Suasana makan yang bukan hanya membuat perut kenyang, tapi juga hati penuh kenangan dan rasa syukur.

Bagaimana Suasananya?

Ketika makan bersama, nasi disajikan dalam satu piring besar. Untuk setiap jenis lauk, ada takaran dan aturan tersendiri. Ikan disediakan satu piring per orang, dan jika yang disajikan adalah ayam, maka satu piring pun diperuntukkan bagi satu orang. Jika ada 100 orang yang makan, maka disiapkan pula 100 piring lauk.

Sayur boleh dibagi untuk satu hingga tiga orang, tergantung jumlah dan jenisnya. Sambal, lauk pendamping, dan makanan pelengkap lainnya juga dibagi sesuai jumlah orang.

Sebelum mulai makan, seluruh hidangan terlebih dahulu disiapkan oleh tuan rumah. Lalu, doa bersama pun dinaikkan. Usai “Amen”, semua mulai makan bersama. Tidak ada banyak percakapan, semua fokus menyantap makanan dengan khidmat.

Di sinilah peran pelayan makanan (pangoloi) sangat penting: mereka sigap memastikan nasi dan lauk tetap tersedia, bahkan langsung menambahkan jika terlihat mulai habis.

Tradisinya, semua mulai makan dalam waktu bersamaan, dan selesai pun secara serempak. Begitu usai makan, acara dilanjutkan dengan sesi berbicara secara bergiliran, dimulai dari perempuan tertua (Ina), dilanjutkan kepada ayah atau tokoh lelaki tertua (Ama), hingga akhirnya ditutup oleh Raja Panusunan Bulung atau pemuka adat.

Setelah itu, para bapak akan berbincang santai sambil merokok, dan para ibu menikmati permen dan berbagi teh atau kopi. Inilah suasana hangat dan penuh nilai dalam sebuah momen makan bersama, terutama ketika ada tamu dari luar yang datang berkunjung.

Tradisi seperti ini, meski sederhana, sarat makna. Ia bukan hanya tentang kenyang, tetapi tentang cinta, hormat, dan kebersamaan. Semoga budaya ini tetap lestari di tengah derasnya arus modernisasi.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Mengapa Daging Babi Sering Dikonsumsi dalam Tradisi Adat Batak?
Budaya

Mengapa Daging Babi Sering Dikonsumsi dalam Tradisi Adat Batak

Horas! Dongan BK, daging babi telah menjadi bagian penting dalam tradisi kuliner...

Debata Mulajadi Na Bolon, Teologi Leluhur Batak dan Keagungan Tritunggal Ilahi.
Budaya

Debata Mulajadi Na Bolon, Teologi Leluhur Batak dan Keagungan Tritunggal Ilahi

Horas! Dongan BK, orang Batak telah mengenal konsep ketuhanan yang tinggi dan...

Memahami Konsep “Harajaon” dalam Sejarah dan Budaya Batak.
Budaya

Memahami Konsep “Harajaon” dalam Sejarah dan Budaya Batak

Horas! Dongan BK, istilah “Harajaon” berasal dari kata “marhara-raja-on” yang berarti menggerakkan...

9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba.
Budaya

9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba

Horas! Dongan BK, sebelum hadirnya agama-agama besar ke Tanah Batak, masyarakat Batak...