Horas!!
Adat Batak memiliki banyak sekali tradisi yang diturunkan dari nenek moyang terdahulu. Setiap adat memiliki tujuannya masing-masing baik kepada orangtua, anak ataupun pemuda Batak.
Salah satu tradisi adat khusus muda-mudi Batak adalah Gondang Naposo. Gondang Naposo merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat Batak, yang tujuannya untuk mempererat hubungan diantara kaum muda-mudi atau dapat dikatakan juga ajang pencarian jodoh ala muda-mudi Batak.
“Take Me Out” Ala Naposo Batak
Dalam bahasa Batak, Gondang berarti Gendang atau bisa disebut juga sebagai acara yang bersifat ritual. Sementara Naposo berarti pemuda atau pemudi Batak yang belum memiliki pasangan atau yang sudah memiliki pasangan namun belum menikah.
Tujuan dari Gondang Naposo ini adalah sebagai sarana berkenalan, pendekatan, sapaan hingga berbalas pantun yang dilakukan oleh muda-mudi Batak. Bahkan, dari pertemuan ini bisa sampai menikah lho, Dongan Batak.
Dalam Gondang Naposo ini, yang dilihat adalah kemampuan menari atau manortor dari pemuda. Pada masa lampau, kemampuan manortor ini menggambarkan kualitas dari pemuda-pemudi Batak, apakah sudah layak menikah atau belum.
Tradisi ini juga merupakan ajang resmi untuk mendapatkan jodoh dimana akan sangat mudah untuk mendapatkan persetujuan dari orangtua untuk anaknya.
Diadakan saat Rondang Bulan
Keunikan dari tradisi ini adalah waktu pelaksanaannya. Gondang Naposo ini biasanya dilakukan saat Rondang Bulan atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai terang bulan atau bulan purnama.
Lebih tepatnya dilakukan saat rondang bulan setelah upacara Mangsae Taon atau disebut juga panen raya. Di beberapa daerah, Mangsae Taon disebut juga dengan Pesta Bius, Pasahat Horbo Bius, Patasumangot, atau yang lainnya. Acara adat ini merupakan sebuah hari raya bagi masyarakat Batak zaman dulu.
Biasanya, Gondang Naposo ini diawali dengan rapat antara para orang tua dan pemangku adat. Rapat ini disebut juga dengan Tonggo Raja. Di dalam rapat ini dibahas segala persiapan acara dan juga mengajak dan mengumpulkan Naposobulung dari berbagai desa untuk mengikuti acara ini.
Mencari Jodoh Lewat Tarian
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Gondang Naposo merupakan ajang pencarian jodoh dengan melihat tortor dari pemuda/pemudi pada saat festival ini berlangsung.
Pada umumnya, Gondang Naposo berlangsung selama dua hari. Di hari pertama merupakan pembukaan acara dengan Gondang yang biasa disebut dengan maminta tua ni gondang.
Pada acara ini, orang tua akan memberikan berkat pada anak-anak mereka. Lalu, dilanjutkan dengan pemuda-pemudi bergembira menari dengan tata krama yang berlaku.
Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan tortor yang dimulai oleh naposo tuan rumah untuk dipertontonkan kepada para tamu undangan.
Nah, setiap tamu undangan yang datang juga akan membawa santisanti atau persembahan berupa uang yang dimasukkan ke tandok (tempat membawa beras) atau diletakkan di atas piring berisi beras.
Setelah itu, pihak tulang akan mempersilahkan boru (ponakan perempuan) untuk menari. Dalam kesempatan ini, pihak laki-laki diperbolehkan untuk melirik dan mengajak menari pihak perempuan.
Ketika ajakan atau tarian ada yang mendapat sambutan, maka akan dilanjutkan ke tarian kedua. Tarian kedua ini, merupakan tahap pematangan apakah kedua belah pihak saling menyukai atau tidak.
Apabila pihak wanita menerima pihak laki-laki, maka pihak laki-laki akan menyematkan daun beringin di kepala wanita tersebut. Berlaku pula sebaliknya. Ketika kasih mulai terjalin, maka pihak orang tua yang mengawasi mereka akan mencatatkan dalam agenda mereka dan melakukannya ke jenjang yang lebih serius.
Diakhir acara, penutupan diberikan kembali ke pada orang tua untuk menutup acara Gondang Naposo ini.