Horas!
Dongan BK, di tengah hiruk pikuk kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, terdapat pabrik minuman menyegarkan yang telah menemani masyarakat selama 65 tahun lamanya. Badak Soda, atau akrab dikenal Badak Sarsaparila telah menjadi minuman yang wajib klean coba.
Lebih dari sekedar minuman, Badak merupakan perwujudan dari sejarah perjalanan Kota Pematangsiantar. Selain itu, label pada botolnya yang khas dengan gambar badak putih gagah berani telah menjadi simbol keunikan dan rasa yang tak terlupakan.
Lantas, mengapa minuman ini diberi label nama Badak? Bagaimana proses pembuatannya? Yuk, mari kita simak penjelasan berikut ini.
Mencicipi Cita Rasa Klasik Khas Siantar
Ada alasan filosofis di balik penggunaan nama Badak sebagai merek dagang minuman soda khas Siantar. Badak adalah binatang berkulit keras serta punya cula yang kuat. Filosofi dari minuman ini adalah minuman Badak akan tetap kuat bertahan, meski digempur minuman-minuman bermerek internasional lainnya.
Sekali meneguk Badak, sensasi rasa sarsaparilla yang khas langsung memanjakan lidah. Perpaduan rasa manis, sedikit pahit, dan sensasi soda yang menyegarkan menjadikannya minuman favorit di segala cuaca.
Bagi masyarakat Pematang Siantar, Badak bukan hanya pelepas dahaga, tetapi juga bagian dari tradisi dan momen kebersamaan. Menikmati Badak bersama keluarga dan teman menjadi cara untuk mempererat hubungan dan menciptakan kenangan indah.
Di balik kesegarannya, Badak menyimpan sejarah panjang yang mencerminkan perjalanan industri minuman di Indonesia. NV Ijsfabriek Siantar, perusahaan kolonial tempat kelahiran Badak, menjadi saksi bisu perkembangan industri ini dan menjadi salah satu perusahaan rintisan tertua di Sumatera Utara.
Proses Pembuatan Minuman Badak
Proses pembuatan minuman Badak dilakukan dengan memasak gula cukup lama. Kemudian, minuman itu ditambah pemanis berupa sukrosa, air bersih dan asam sitrat. Lalu disaring dan dimasak lagi dengan tambahan air, karbon dioksida dan esens. Setelah siap, minuman ini didiamkan hingga semua bahan benar-benar larut dan tercampur rata.
Pada masa keemasannya, produksi minuman Badak dapat mencapai 40 ribu krat per bulan. Namun seiring dengan menurunnya permintaan, produksi minuman Badak semakin berkurang, hingga menjadi 500 krat per bulan. Varian rasanya pun dikurangi dari delapan menjadi dua.
Hingga kini, minuman Badak masih menjadi diminati berbagai kalangan. Keberhasilan Badak tak lepas dari komitmen untuk menjaga kualitas dan rasa otentiknya. Resep turun-temurun yang dijaga dengan cermat menghasilkan rasa yang selalu sama, membangkitkan nostalgia bagi para penikmatnya.
