Ilustrasi Pasukan Kelima, kombatan yang dipimpin oleh Hendrik Sihite (dok Biro Sejarah Prima).
Ilustrasi Pasukan Kelima, kombatan yang dipimpin oleh Hendrik Sihite (dok Biro Sejarah Prima).
Beranda Tokoh Misteri Hendrik Sihite, Agen Ganda Belanda atau Korban Perang Revolusi?
Tokoh

Misteri Hendrik Sihite, Agen Ganda Belanda atau Korban Perang Revolusi?

Bagikan

Horas!

Dongan BK, Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia di Sumatra Timur, nama Hendrik Sihite mencuat sebagai sosok yang penuh kontradiksi. Ia dikenal sebagai komandan Pasukan Kelima, sebuah unit khusus di bawah organisasi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), yang terdiri dari pemuda-pemuda Batak Toba. Namun, di balik kepemimpinannya yang karismatik, Sihite juga dihantui tuduhan sebagai agen ganda yang bekerja untuk Belanda. Artikel ini mengupas sepak terjang Sihite, perannya dalam perjuangan kemerdekaan, dan kontroversi yang menyelimuti hidupnya.

Awal Karier dan Pembentukan Pasukan Kelima

Hendrik Sihite adalah pejabat polisi tidak resmi yang bangkit menjadi pemimpin di tengah gejolak revolusi. Ia membentuk Pasukan Kelima, sebuah kelompok bersenjata yang awalnya bermarkas di Sungai Mati, kemudian pindah ke Jalan Bedagai, Medan. Pasukan ini menjadi bagian dari Pesindo Sumatra Timur dan dikenal sebagai “Pasukan V”. Nama “Kelima” konon terinspirasi dari Kolone Kelima, unit rahasia pimpinan Jenderal Franco dalam Perang Saudara Spanyol, yang bergerak secara klandestin untuk melemahkan musuh dari dalam.

Sihite merekrut pemuda Batak Toba untuk membentuk pasukan ini, yang didukung oleh dr. W.F. Nainggolan sebagai Wakil Ketua I. Pasukan Kelima dikenal karena keberaniannya dalam pertempuran jalanan melawan Belanda, terutama pada Oktober-November 1945. Salah satu aksi heroik mereka adalah serangan terhadap Letnan Raymond Westerling, seorang perwira Belanda yang nyaris tewas akibat granat yang dilemparkan oleh Sihite.

Kekuatan dan Pengaruh Hendrik Sihite

Menurut catatan Takao Fusayama, perwira penghubung Jepang, Sihite memiliki pengaruh besar di Medan. Ia memimpin Pesindo dan Pasukan Kelima sekaligus, menjadikannya sosok yang disegani, bahkan melebihi Gubernur Sumatra Teuku Mohamad Hasan atau Komandan Divisi TKR Kolonel Achmad Tahir. Pasukannya, yang terdiri dari pemuda-pemuda penuh semangat, memiliki kelompok intelijen yang terlatih untuk mengumpulkan informasi dan merancang strategi.

Namun, kekuatan Sihite tidak hanya terletak pada kemampuan militernya. Ia juga dikenal pandai menjalin hubungan dengan berbagai pihak, termasuk pihak Jepang yang masih bertahan di Medan untuk menjaga status quo pasca-kekalahan mereka pada 1945. Kemampuan ini, meski strategis, menjadi cikal bakal tuduhan bahwa Sihite bukan sekadar pejuang kemerdekaan.

Tuduhan sebagai Agen Ganda

Di tengah reputasinya sebagai pemimpin, desas-desus mulai beredar bahwa Sihite adalah agen Belanda yang menyamar. Takao Fusayama mencatat rumor tentang kedekatan Sihite dengan Kolonel Knottenberg, pimpinan NICA (Netherlands Indies Civil Administration), yang dikenal sebagai ahli manuver intelijen. Meski kebenaran rumor ini tidak pernah terbukti secara pasti, tuduhan tersebut mencoreng nama Sihite.

Sejarawan seperti Tengku Haji M. Lah Husny menyebutkan bahwa Pasukan Kelima tidak hanya bertempur melawan Belanda, tetapi juga terlibat dalam konflik dengan kelompok Aceh yang mendukung Gubernur Hasan. Konflik ini diduga berkaitan dengan ketegangan etnis antara Batak Toba dan komunitas Muslim di Medan, yang memperumit posisi Sihite sebagai pemimpin.

Akhir Tragis Hendrik Sihite

Pada akhir 1945, tuduhan sebagai agen ganda mencapai puncaknya. Sihite ditangkap di Brastagi oleh pasukan Tentara Republik Indonesia (TRI) bersama Pesindo. Bersama dr. Nainggolan dan Alfred Lumbantobing, ia dituduh berkhianat. Dalam upaya melawan saat penangkapan, Sihite ditembak mati oleh Laskar Pesindo, mengakhiri hidupnya secara tragis.

Kematian Sihite meninggalkan tanda tanya besar. Apakah ia benar-benar agen ganda, atau sekadar korban dari intrik politik dan ketegangan etnis di Sumatra Timur? Sejarawan seperti Edisaputra mencatat bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung tuduhan terhadap Sihite, tetapi reputasinya sebagai pemimpin yang kontroversial tetap melekat.

Kisah Hendrik Sihite mencerminkan kompleksitas perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di satu sisi, ia adalah pemimpin berani yang memimpin Pasukan Kelima dalam pertempuran melawan Belanda. Di sisi lain, tuduhan sebagai agen ganda menunjukkan betapa rapuhnya kepercayaan di tengah situasi perang dan konflik internal. Pasukan Kelima, meski berumur pendek, menjadi simbol semangat juang pemuda Batak Toba dalam mempertahankan kemerdekaan.

Hingga kini, sosok Sihite tetap menjadi bahan diskusi. Ia mengingatkan kita bahwa sejarah tidak selalu hitam-putih, dan di balik setiap pahlawan, ada cerita yang penuh nuansa. Perjuangan Sihite, meski diwarnai kontroversi, adalah bagian dari mozaik besar perjuangan bangsa Indonesia.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Potret Helman Sitohang.
Tokoh

Profil Helman Sitohang, Orang Batak di Dewan Penasihat Danantara

Horas! Dongan BK, Nama Helman Sitohang mencuat ke publik setelah CEO Badan...

Profil tokoh Batak, Letjen (Purn) T.B Silalahi.
Tokoh

Profil Letjen TNI (Purn) TB Silalahi, Tokoh Militer dan Pelestari Budaya Batak

Horas! Dongan BK, Letjen TNI (Purn) TB Silalahi merupakan tokoh militer, politisi,...

Profil Boss Shell Indonesia, Ingrid Siburian.
Tokoh

Profil Ingrid Siburian, Bos Shell yang Tegaskan Fakta Seputar Zat Aditif BBM

Horas! Dongan BK, Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia, Ingrid Siburian,...

Potret Harli Siregar.
Tokoh

Mengenal Harli Siregar, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung

Horas! Dongan BK, Harli Siregar adalah Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung,...