Tortor Sipitu Cawan, Tarian Sakral dari Batak Toba.
Tortor Sipitu Cawan, Tarian Sakral dari Batak Toba.
Beranda Budaya Tortor Sipitu Cawan, Tarian Sakral dari Batak Toba
Budaya

Tortor Sipitu Cawan, Tarian Sakral dari Batak Toba

Bagikan

Horas!

Dongan BK, Tor-tor merupakan tarian adat Batak yang telah ada sejak ratusan tahun lalu dan biasa dipentaskan dalam berbagai upacara adat. Tarian ini berkembang di Sumatera Utara, khususnya di wilayah Humbang Hasundutan, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba.

Pada masa kolonial, tortor berfungsi lebih dari sekadar hiburan. Para raja menggunakan bunyi iringan tarian sebagai isyarat: tanda kedatangan pasukan Belanda, aba-aba untuk mengungsi, hingga kode rahasia lainnya.

Tortor Sipitu Cawan yang Sakral

Di antara berbagai jenis tortor, Tortor Sipitu Cawan menempati posisi istimewa. Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari perempuan yang mengenakan cawan berisi air jeruk purut di kepala, lengan, bahu, dan punggung tangan. Keunikan atribut ini membuat gerakannya lebih sulit, namun justru menambah nilai seni sekaligus kesakralannya.

Legenda Asal Tarian

Menurut kisah turun-temurun, tarian ini pertama kali dibawakan oleh tujuh bidadari dari kayangan saat mandi di sebuah telaga jernih di lereng Gunung Pusuk Buhit. Sejak saat itu, Tortor Sipitu Cawan dijaga kesakralannya dan hanya ditampilkan dalam acara penting, seperti peresmian raja atau ritual adat tertentu.

Simbol dan Makna Cawan

Air jeruk purut dalam cawan bukan sekadar hiasan, melainkan sarana penyucian diri dan penolak hal-hal buruk. Para penari dituntut menjaga keseimbangan agar air tidak tumpah, bahkan saat melakukan gerakan rumit seperti berputar, berdiri, hingga jongkok.

Pantangan dan Kesakralan

Dalam tradisi Batak, ada pantangan keras bagi penari Tortor Sipitu Cawan. Jika aturan dilanggar, diyakini penari akan mengalami kesialan. Hal ini menegaskan bahwa tarian ini bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan ritual sakral yang sarat nilai spiritual dan budaya.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Foto keluarga Sisingamangaraja.
Budaya

Mengenang Hari Pahlawan: Satu-satunya Foto Keluarga Sisingamangaraja XII yang Diabadikan

Horas! Pada Maret 1907, Kapten Hans Christoffel bersama pasukan Marsose berangkat dari...

Visualisasi Legenda Simardan, Kutukan Anak Durhaka.
Budaya

Legenda Simardan, Kutukan Anak Durhaka dari Tanah Batak

Horas! Dongan BK, ada sebuah legenda tragis tentang Simardan, seorang anak yang...

Makna dan Tradisi di Balik Ritual Erpangir Ku Lau dalam Budaya Suku Karo.
Budaya

Makna dan Tradisi di Balik Ritual Erpangir Ku Lau dalam Budaya Suku Karo

Horas! Mejuah-juah! Ritual Erpangir Ku Lau merupakan salah satu tradisi sakral yang...

Sejarah Awal Masuknya Orang Toba dan Pembukaan Sawah di Siantar Tahun 1907.
Budaya

Sejarah Awal Masuknya Orang Toba dan Pembukaan Sawah di Siantar Tahun 1907

Horas! Dongan BK, masuknya orang Batak Toba ke wilayah Pematang Siantar, ternyata...