Martarombo atau martutur merupakan sebuah budaya Batak yang tentu saja tidak asing lagi bagi Dongan Batak. Martarombo adalah kegiatan bertutur atau mencari-cari hubungan saudara satu dengan yang lainnya.
Martarombo biasanya dilakukan dengan cara bertanya marga dan kemudian mencari hubungan pertalian dengan marga diri sendiri.
Bagi orang Batak, kegiatan martarombo ini merupakan salah satu kegiatan penting. Pasalnya, dari martarombo Dongan Batak jadi tetap mengerti silsilah dan ketika bertemu dengan kerabat Batak lainnya, Dongan Batak jadi tidak salah tutur.
Hal paling dasar yang biasanya ditanyakan saat martarombo adalah marga yang mana, no urut, asal marga, kampung dan marga ibu.
Pentingnya Martutur
Martutur atau Martarombo sangat penting bagi kita sebagai orang Batak. Biasanya, partuturan ini sering dipakai saat pesta-pesta adat. Misalnya saja, pesta pernikahan, kematian (Monding), sulang-sulang pahompu atau pesta adat lainnya.
Dalam pesta adat ini, kita harus paham dan mengerti dimana posisi kita dan sebagai apa kita dalam pesta itu. Misalnya saja, jika marga Sinaga berpesta, kebetulan istri kita juga boru Sinaga. Maka, tugas kita adalah membantu penyelenggaraan pesta dan duduk di kursi boru.
Bukan hanya itu saja, martutur juga diperlukan dalam percakapan sehari-hari, agar kita tidak salah memanggil kerabat yang memiliki hubungan marga dengan kita. Contohnya, jika yang kita temui semarga dengan kita, maka kita bisa memanggilnya ito atau apara. Jika bertemu dengan yang semarga dengan ibu kita, kita bisa memanggilnya tulang.
Nah, dengan memahami tarombo. Kita sebagai muda-mudi Batak, juga akan terbantu untuk tidak menikahi teman semarganya atau kerabat marganya.
Dengan mengetahui tarombo, kita muda-mudi Batak yang tengah merantau, juga dapat menemukan keluarga baru di tanah perantauan lho, Dongan Batak!
Dari yang tidak kenal, eh malah jadi keluarga. Inilah indahnya mengetahui tarombo dalam budaya Batak
Tarombo dan Dalihan Natolu
Dasar paling utama untuk mengetahui tarombo atau silsilah marga adalah mengerti dan paham dengan konsep Dalihan Natolu. Ini adalah asal muasal kita dalam martutur atau martarombo
Konsep Dalihan Natolu merupakan sebuah konsep kekerabatan di adat Batak. Isi dari Dalihan Natolu adalah Somba marhulahula, Elek marboru, Manat mardongan tubu.
Prinsip Dalihan Natolu ini mirip dengan tiga tungku perapian. Jika 1 tungku tidak berdiri, maka tungku lainnya akan terganggu keseimbangannya. Oleh karena itu, ketiga pilar ini harus dipraktikkan secara keseluruhan.
Prinsip Dalihan Natolu ini tidak melulu tentang 1 marga yang harus dilayani. Namun, semua marga atau kerabat memiliki kesempatan yang sama untuk dilayani dan melayani.
Contohnya adalah di satu kesempatan seorang Batak menjadi boru yang bertugas melayani. Namun, di dalam kesempatan lain, dia dapat berfungsi sebagai dongan tubu maupun hula-hula.
Hingga kini, Dalihan Natolu ini masih menjadi panduan bagi orang Batak Toba dalam menjalankan kegiatan adatnya.