9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba.
9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba.
Beranda Budaya 9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba
Budaya

9 Tingkatan Kepercayaan Tradisional dalam Budaya Batak Toba

Bagikan

Horas!

Dongan BK, sebelum hadirnya agama-agama besar ke Tanah Batak, masyarakat Batak Toba sudah memiliki sistem kepercayaan yang kaya akan nilai spiritual dan kearifan lokal. Mereka meyakini bahwa kekuasaan tertinggi berada pada Debata Mula Jadi Nabolon, Sang Pencipta langit dan bumi.

Figur legendaris Sisingamangaraja juga dipercaya memiliki kemampuan supranatural serta mampu menjadi perantara pesan dari Debata Mula Jadi Nabolon, layaknya seorang nabi atau tokoh suci.

Dalam buku Mengenal Batak karya Ismail Manalu (1985), disebutkan bahwa ada sembilan tingkat keyakinan yang dianut masyarakat Batak Toba, membentuk struktur kepercayaan yang saling berkaitan. Berikut adalah uraiannya:

1. Tano (Tanah)

Tanah dianggap sebagai sumber kehidupan dan tempat kembali. Manusia diciptakan dari tanah, hidup di atasnya, dan akan kembali padanya. Tanah leluhur atau Bona Ni Pasogit menjadi tempat paling suci bagi orang Batak. Bahkan saat merantau, seseorang biasanya membawa segenggam tanah dari kampung halaman sebagai simbol ikatan batin.

2. Mudar (Darah)

Darah melambangkan kehidupan yang mengalir di tubuh manusia. Nilainya sangat tinggi karena mencerminkan kemurnian garis keturunan. Oleh karena itu, pernikahan dalam adat Batak sangat dijaga agar tidak mencemari garis darah. Pelanggaran seperti perzinahan dianggap mendatangkan kutuk dari leluhur.

3. Partuturon (Hubungan Kekeluargaan)

Dari hubungan darah vertikal (tarombo) dan horizontal (hula-hula/mora dan boru/bere), terbentuklah struktur sosial keluarga. Tiga prinsip adat penting muncul dari sini: Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru, dan Somba Marhula-hula, yang menjadi dasar dalam menjalin hubungan antaranggota keluarga.

4. Parjambaron (Hak dan Kewajiban)

Jambar atau bagian yang diperoleh dalam upacara adat mencerminkan status dan tanggung jawab seseorang dalam komunitas. Pembagian ini harus dilakukan dengan tepat oleh yang ahli, karena kesalahan dapat menyebabkan perselisihan dan dianggap mencederai kehormatan leluhur.

5. Harajaon (Kepemimpinan)

Raja dalam masyarakat Batak bukan berarti penguasa kerajaan, tetapi pemimpin yang dihormati karena kearifan dan pengaruh sosialnya. Ia harus memahami asal-usul marga (tarombo), menjaga tanah, darah, serta hubungan keluarga dan adat.

6. Hajolmaon (Kedewasaan Spiritual)

Seseorang disebut jolma (manusia sejati) jika ia sudah mencapai kematangan moral dan spiritual. Ia mampu memilih jalan hidup dengan bijak dan diyakini memiliki sinar batin yang dapat menundukkan kekuatan alam sekalipun.

7. Sahala (Karunia Spiritual)

Sahala adalah anugerah ilahi berupa kekuatan khusus yang hanya diberikan kepada mereka yang telah taat kepada leluhur dan Debata. Orang yang memiliki sahala kerap menjadi perantara pesan gaib dan mampu melihat kejadian-kejadian masa depan.

8. Hasaktion (Kesaktian Spiritual)

Tingkatan ini menunjukkan kemampuan luar biasa seseorang dalam mengendalikan keadaan, bahkan memiliki kekuatan seperti sihir, namun bukan untuk kejahatan. Sisingamangaraja diyakini mencapai level ini dan bertindak sebagai penghubung manusia dengan Debata.

9. Ha-Debata-On (Kemaha-Tuhanan)

Tingkatan tertinggi dalam sistem kepercayaan Batak Toba adalah kesadaran akan ke-Maha-an Debata Mula Jadi Nabolon. Segala kekuatan dan kehidupan bermuara pada-Nya.

Secara umum, kesembilan tingkatan ini dibagi dalam tiga kategori besar:

  • Haholongan Dongan Jolma: Tano, Mudar, Partuturon
  • Pasangapon Raja: Parjambaron, Harajaon, Hajolmaon
  • Somba MarDebata: Sahala, Hasaktion, Ha-Debata-On

Struktur kepercayaan ini menjadi fondasi budaya Batak yang kaya dan penuh makna, mencerminkan hubungan manusia dengan alam, sesama, dan yang Ilahi.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Debata Mulajadi Na Bolon, Teologi Leluhur Batak dan Keagungan Tritunggal Ilahi.
Budaya

Debata Mulajadi Na Bolon, Teologi Leluhur Batak dan Keagungan Tritunggal Ilahi

Horas! Dongan BK, orang Batak telah mengenal konsep ketuhanan yang tinggi dan...

Memahami Konsep “Harajaon” dalam Sejarah dan Budaya Batak.
Budaya

Memahami Konsep “Harajaon” dalam Sejarah dan Budaya Batak

Horas! Dongan BK, istilah “Harajaon” berasal dari kata “marhara-raja-on” yang berarti menggerakkan...

Tradisi Mangaririt, Cara Orangtua Batak Menilai Calon Menantu Sebelum Pernikahan.
Budaya

Tradisi Mangaririt, Cara Orangtua Batak Menilai Calon Menantu Sebelum Pernikahan

Horas! Dongan BK, dalam budaya Batak, memilih calon menantu bukanlah perkara sepele....

Ratapan Seorang Ibu di Tengah Kobaran Perang.
Budaya

Ratapan Seorang Ibu di Tengah Kobaran Perang

Horas! Saat Belanda melancarkan Agresi Militer I pada Juli 1947 di Sumatera...