Horas!
Dongan BK, siapa sangka, sekolah internasional pertama di Indonesia berasal dari Sumatera Utara, lho. Jika berpikir sekolah internasional pertama berdiri di kota besar, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, maka klean salah.
Sekolah itu bernama Highlands School Kabanjahe, didirikan oleh orang Inggris bernama William Stanley Cookson dan Bernice, pada 1925. Keduanya mendirikan sekolah ini dengan alasan agar anak-anak para ekspatriat atau pekerja asing di Sumatera bisa bersekolah dekat dengan tempat kerja orang tuanya.
Cookson awalnya bekerja di perkebunan karet di Malaysia. Setelah pensiun, ia memutuskan hidup di tempat yang nyaman. Cookson akhirnya memilih bermukim di dataran tinggi Tanah Karo, tepatnya di kota Kabanjahe karena udaranya yang sejuk.
Saat itu, Sumatera Utara tengah dibuka perkebunan tembakau, teh, kelapa sawit, karet, dan industri minyak secara masif, menyebabkan banyak masuknya tenaga kerja dari Eropa. Daerah ini turut bekembang seiring dengan perputaran ekonomi yang terjadi dan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja asing.
Lantas, seperti apa Highlands School Kabanjahe? Mengapa para ekspatriat menyekolahkan anaknya di sana?
Simak selengkapnya dalam informasi berikut ini.
1. Highlands School Kabanjahe, Sekolah Untuk Para Crazy Rich
Sejarah Highlands School Kabanjahe berkaitan dengan pembangunan daerah Sumatera Utara. Kemudian, orang Eropa yang membawa anak-anaknya ke Asia Tenggara, menyekolahkan mereka ke Highlands School Kabanjahe.
Apalagi, cuaca dingin udara Kabanjahe membuat mereka seakan berada di kampung halaman di Eropa.
Untuk biaya sekolah, dapat dipastikan harganya sangat mahal dan hanya golongan elit saja yang bisa bersekolah, mengingat saat itu akses pendidikan bagi kaum pribumi sangat sulit dan mahal. Untuk menempuh sekolah formal yang disediakan pemerintah saja, hanya kaum bangsawan saja yang bisa bersekolah.
Alhasil, Highlands School Kabanjahe hanya dimasuki oleh orang berduit atau kalangan crazy rich.
Para pengajar sekolah ini berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. Menariknya, sejumlah penduduk Karo turut bekerja di sekolah ini sebagai tenaga non-pendidikan, seperti staf tata usaha.
2. Apa Saja Fasilitas Pendidikan di Highlands School Kabanjahe?
Dalam iklan yang diwartakan harian De Sumatra Post pada 31 Desember 1935, Highlands School Kabanjahe memiliki berbagai macam ekstrakurikuler, tempat tinggal bagi murid, serta hotel bagi orang tua murid.
Highlands School Kabanjahe dapat menampung hingga 100 siswa-siswi di kelas, berikut dengan asramanya. Asrama murid laki-laki dan perempuan dibuat terpisah dan masing-masing diawasi oleh seorang kepala asrama.
Di Highlands School Kabanjahe, terdapat sebuah bangunan di seberang kompleks sekolah dikenal dengan nama Emm House yang dihuni oleh siswa perempuan senior. Tetapi, semua akomodasi dan fasilitas lainnya berada di kompleks sekolah, termasuk tempat tinggal pelayan.
Kedisiplinan para siswa Highlands School Kabanjahe terkenal ketat. Tidak heran mengapa “trust and responsibility” menjadi slogan dan landasan pendidikan di sekolah ini.
Untuk aksesibilitas, Highlands School Kabanjahe berlokasi tidak jauh dari kantor pos dan gereja. Tidak jauh dari situ juga ada berdiri hotel, sehingga orang tua yang datang mengunjungi anaknya tidak khawatir mencari penginapan.
3. Highlands School Kabanjahe Menjadi Sekolah Pilihan Ekspatriat Se-Asia Tenggara
Mayoritas murid di Highlands School Kabanjahe berkebangsaan Inggris yang menetap di Sumatera dan Jawa. Selain itu, terdapat pula murid yang berkebangsaan Amerika Serikat, Swedia, Norwegia, Jerman, Belanda, dan Prancis. Total muridnya yang semula bisa dihitung jari melesat menjadi ratusan murid dalam satu semester saja.
Alasan mereka masuk ke sekolah ini disebabkan oleh ketiadaan sekolah internasional lain di Asia Tenggara. Jadi, mau tidak mau, mereka memasukkan anak-anaknya ke Highlands School Kabanjahe supaya bisa mendapat pendidikan seperti yang ada di negara asalnya.
Sekolah ini tetap mempertahankan kontak dengan Kerajaan Inggris, karena berafiliasi dengan Parents National Education Union. Sebab, tenaga pengajar dan kurikulumnya mengikuti standar Kerajaan Inggris.
Namun sayang, aktivitas harian di Highlands School Kabanjahe berakhir di penghujung Desember 1941, seiring dengan pecahnya Perang Dunia II antara Sekutu dengan Kekaisaran Jepang.