Bachtiar Siagian
Bachtiar Siagian/Dok. Bunga Siagian
Beranda Tokoh Perjalanan Hidup Bachtiar Siagian, Sineas Legendaris Berdarah Batak Yang Kini Terlupakan
Tokoh

Perjalanan Hidup Bachtiar Siagian, Sineas Legendaris Berdarah Batak Yang Kini Terlupakan

Bagikan

Horas!

Dongan BK, apakah klean mengikuti perkembangan film Indonesia? Hingga kini, sudah banyak sutradara berdarah Batak yang berkarya di industri film, sebut saja nama besar seperti Raditya Dika dan Bene Dion Rajagukguk. Namun, apakah klean tau nama Bachtiar Sinaga? 

Bachtiar Sinaga adalah seorang sineas berdarah Batak yang berkarya pada tahun 1960-an silam.  Pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, pada 19 Februari 1923 menampilkan realitas sosial dan nilai-nilai semangat juang nasionalisme dalam karya-karyanya.

Bachtiar Sinaga merupakan salah satu sutradara yang cukup produktif pada masanya. Bahkan, kemampuannya disetarakan dengan bapak perfilman Indonesia, Usmar Ismail.

Kala itu, kedekatannya dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra membuatnya masuk ke dalam daftar perburuan kaum kiri pasca peristiwa G30S PKI. Saat ini, karya Bachtiar Siagian hampir seluruhnya musnah dan bahkan namanya sudah luput dari perbincangan dunia perfilman Indonesia.

Lantas, bagaimana perjalanan Bachtiar Siagian di industri film Tanah Air? Mengapa kini karya-karyanya terlupakan?

1. Perjuangan Bachtiar Siagian Meraih Mimpi

Potret Bachtiar Siagian
Source: majalah.tempo.co

Bachtiar Siagian bukan seorang yang mengenyam pendidikan sebagai sutradara dan penulis skenario. Bahkan, ia hanya tamatan SD semata. Terlahir dengan keluarga miskin, Bachtiar hidup bersama kuli kontrak lainnya di perkebunan tembakau Deli, tempatnya lahir dan dibesarkan.

Berbekal kemauan belajar, mengasah bakat dan kemampuan, itulah yang mentransformasi dirinya dari zero menjadi hero. Jadi, Bachtiar adalah seorang otodidak.

Bachtiar tadinya hanya pemain sandiwara dan orkes gambus keliling. Kecintaannya terhadap seni panggung semakin mengendap akibat dipengaruhi berbagai pementasan ketoprak dor, tonil, dan pementasan teater modern.

Saat bergabung dengan teater profesional di Banda Aceh, keinginannya untuk menjadi penulis naskah drama muncul setelah bertemu penulis naskah, Saleh Umar. Sejak itulah Bachtiar mulai aktif menulis naskah drama. Salah satu karya Saleh Umar, yaitu Tjorak Dunia, kelak diadaptasi Bachtiar ke film layar lebar.     

Bachtiar pertama kali kenal film adalah saat mendampingi seorang Jepang membuat film semi dokumenter mengenai Tonarigumi, pada tahun 1944. Sekedar informasi, Tonarigumi adalah struktur kemasyarakatan yang dibuat oleh tentara pendudukan Jepang selama Perang Dunia II di wilayah kekuasaannya, termasuk Indonesia. 

Bachtiar Siagian kemudian memperkaya ilmu sinematografinya dengan belajar menulis skenario melalui buku karya sutradara Rusia, Vsevolod Pudovkin, pada tahun 1948. Kala itu ia menjabat Sekretaris Persatuan Perjuangan Langkat, organisasi yang kemudian mengantarkannya ke Jakarta.  


Nama Bachtiar yang tadinya dianggap remeh akibat miskin pengetahuan di bidang film, semakin diperhitungkan usai merilis Kabut Desember.

Pada tahun yang sama, Studio Garuda Film mempercayakan Bachtiar membuat film berjudul Tjorak Dunia. Film tersebut diadaptasi Bachtiar ke layar lebar berdasarkan naskah drama Saleh Umar, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

2. Karya Bachtiar Siagian yang Kini Mulai Terlupakan

Bachtiar Siagian
Source: umilestari.com

Pada tahun 1951, Bachtiar Siagian mulai belajar menulis skenario dan tergabung dalam kelompok seniman film sosialis Lekra cabang Medan.

Di sana, Bachtiar mulai aktif berkontribusi pada sayap film Lekra dan berbagai kegiatan politiknya. Salah satu peristiwa yang terkenal kala itu yaitu keterlibatan Lekra dalam Papfias atau Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat.

Papfias merupakan sebuah gerakan yang memboikot film impor Hollywood kala itu yang menyebabkan film lokal kalah saing dalam jatah penayangannya.

Sederet film karya Bachtiar kemudian dirilis, antara lain Daerah Hilang (1955), dan merangkap sebagai pemeran utama dalam film Melati Sendja (1956), Turang (1957), Sekedjap Mata (1959), Piso Surit (1960), Notaris Sulami (1960), Badja Membara (1961), Violetta (1962), dan Njanjian di Lereng Dieng (1964).
Film Turang yang mengambil setting perlawanan masyarakat Tanah Karo dalam revolusi perjuangan kemerdekaan terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 1960, sekaligus juga menyapu empat penghargaan lainnya yaitu sutradara terbaik, film drama terbaik, peran pembantu pria terbaik, dan dekor terbaik.

3. Prahara 65 Hingga Menjadi Eks Tapol Sampai Akhir Hayat

Potret Bachtiar Siagian
Source: institutsejarahsosialisindonesia

Karier Bachtiar Siagian akhirnya terhenti setelah memasuki era Orde Baru. Bachtiar dicap komunis karena aktif di Lekra yang merupakan sayap organisasi Partai Komunis Indonesia atau PKI. Ia ditangkap lalu dipenjarakan di Salemba, dipindahkan ke Tangerang, kemudian ke Nusakambangan, hingga berakhir di Pulau Buru.

Tragisnya, kecuali Violetta, tentara telah memusnahkan seluruh karya Bachtiar, bersama film-film produksi Lekra lainnya. Padahal, rata-rata film Bachtiar itu tidak berbau “kiri”.  

Bachtiar dibebaskan pada Desember 1977 di usianya yang sudah menginjak 55 tahun. Setelah bebas, Bachtiar masih tetap berupaya merintis lagi kariernya sebagai sineas. Sayang, pemerintah otoriter Orde Baru kala itu masih membatasi akses pekerjaan dan berkarya bagi eks tahanan politik.

Karya Bachtiar hanya sanggup sebatas naskah film cerita, film dokumenter, dan radio. itupun dengan menggunakan nama samaran. Beberapa film yang dibuatkan Bachtiar naskahnya adalah Mendulang Cinta (1981), Membelah Kabut Tengger, dan Busana dalam Mimpi (1980).

Bachtiar meninggal pada 19 Maret 2002 dan dimakamkan di Kalimulya, Depok, Jawa Barat, meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.

Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo telah memberinya Anugerah Kebudayaan untuk kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Profil Maruarar Sirait, politisi senior yang jadi Menteri
Tokoh

Maruarar Sirait, Politisi Senior Ini Jadi Menteri di Kabinet Merah Putih

Setelah bergabung dengan Partai Gerindra, Maruarar Sirait dipercaya oleh Prabowo Subianto untuk...

Todotua Pasaribu, harapan masa depan investasi dan hilirisasi negara?
Tokoh

Todotua Pasaribu, Harapan Untuk Masa Depan Investasi dan Hilirisasi Negara?

Todotua Pasaribu memiliki pengalaman luas di bidang energi dan pertambangan, pernah menjabat...

Sitor Situmorang, pujangga besar Indonesia
Tokoh

Mengenang 100 Tahun Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Sitor Situmorang menjadi salah satu sastrawan Indonesia yang paling berpengaruh dan telah...

Potret Marudut Liberty Panjaitan
Tokoh

Profil Marudut Liberty Panjaitan, Salah Satu Kapolres Dengan Karir Gemilang

Sempat punya cita-cita jadi pilot, kini Marudut Liberty Panjaitan berhasil memberantas gembong...