Horas!
Dongan BK, Bahasa Indonesia kembali mengalami perkembangan dengan masuknya kosakata baru yang berasal dari bahasa daerah. Kali ini, kata “palum” dari bahasa Batak Pakpak resmi tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai antonim dari kata “haus”.
Apa Itu “Palum”?
Menurut penjelasan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud, “palum” memiliki arti “sudah puas minum” atau “hilang rasa haus”. Dengan demikian, kata ini menjadi pasangan yang tepat untuk kata “haus” yang berarti “berasa kering kerongkongan dan ingin minum.”
Dalam masyarakat Batak Pakpak sendiri, “palum” telah lama digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berdasarkan Kamus Bahasa Dairi Pakpak, selain berarti lepas dahaga, kata ini juga mengandung makna kiasan seperti ketenangan hati, kelegaan, dan rasa senang. Misalnya dalam frasa “empalum atena” yang berarti hatinya senang atau tidak takut.
Perjalanan Kata “Palum” Hingga Masuk KBBI
Usulan untuk memasukkan kata “palum” ke dalam KBBI sudah dilakukan sejak tahun 2024. Usulan ini merujuk pada Kamus Pakpak-Indonesia karya Tindi Radja Manik yang diterbitkan oleh Bina Media, Medan pada 2002.
Setelah melalui proses kajian dan verifikasi, akhirnya pada tahun 2025 kata ini resmi diterima dalam KBBI. Bahkan, Badan Bahasa sempat mengumumkan melalui unggahan media sosialnya pada 25 Juni 2025 dengan kalimat:
“Kata haus sudah ada lawan katanya, lo! Palum. Kata ini diambil dari bahasa Batak Pakpak.”
Contoh Penggunaan “Palum” dalam Kalimat
KBBI juga mencatat beberapa contoh penggunaan kata ini, seperti:
- “Kondisi palum membuat anak lebih tenang.”
Dengan masuknya kata “palum”, masyarakat kini memiliki padanan kata resmi untuk menggambarkan kondisi setelah rasa haus hilang.
Bahasa Daerah, Sumber Kekayaan Nasional
Masuknya “palum” menambah daftar panjang kosakata dari bahasa Batak yang kini menjadi bagian dari bahasa Indonesia formal. Sebelumnya, sudah ada kata seperti “parmitu” (orang yang gemar minum minuman keras) dan “ucok” (anak laki-laki atau dalam konteks berunding dengan damai).
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa daerah memainkan peran penting dalam memperkaya bahasa nasional. Tidak hanya menjaga identitas lokal, tetapi juga memperluas khazanah makna dan nuansa dalam bahasa Indonesia.