Horas!
Dongan BK, suku Batak memiliki kekayaan budaya yang tak hanya terlihat dari rumah adatnya, tetapi juga dari detail ukirannya yang disebut Gorga. Gorga adalah seni ukiran khas Batak yang umumnya menghiasi dinding luar (eksterior) rumah adat atau jabu.
Dalam tradisi Batak, terdapat dua jenis rumah adat, yakni jabu ruma, rumah adat tanpa ukiran gorga, dan jabu ruma gorga, rumah adat yang penuh dengan ukiran gorga. Lebih dari sekadar ornamen, setiap gorga memiliki filosofi mendalam yang sarat nilai kehidupan.
Berikut enam ukiran gorga yang paling sering dijumpai pada rumah adat Batak beserta maknanya:
1. Gorga Ipon-Ipon
Gorga ini berfungsi sebagai hiasan tepi untuk memperindah dan memperkuat komposisi rumah adat. Bentuknya geometris dan berlapis menyerupai empun, sehingga disebut juga Ombu Marhehe. Maknanya adalah simbol kemajuan, terutama harapan agar keturunan dapat mengenyam pendidikan yang baik.
2. Gorga Desa na Ualu (Mata Angin)
Terletak di sisi kanan dan kiri rumah adat Batak, ukiran ini melambangkan arah mata angin. Filosofinya adalah sebagai penunjuk waktu dan tanda baik dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, mulai dari bertani, menangkap ikan, hingga melakukan ritual adat.
3. Gorga Simata ni Ari (Matahari)
Biasanya terletak di bagian sudut atas rumah (dorpi). Matahari dilambangkan sebagai sumber kekuatan hidup, penentu jalan kehidupan, sekaligus simbol purba manusia.
4. Gorga Boras Pati (Cicak)
Gorga ini menggambarkan cicak dengan ekor bercabang dua. Dalam budaya Batak, cicak dipercaya sebagai simbol perlindungan, penanda bahaya, sekaligus pembawa keberuntungan. Ia melambangkan harapan agar pemilik rumah terhindar dari malapetaka dan memperoleh rezeki berlipat ganda.
5. Gorga Singa-Singa
Motif ini menampilkan wajah manusia dengan lidah menjulur hingga hampir ke dagu, kepala berhias kain tiga bolit, serta posisi kaki berlutut. Maknanya adalah kharisma dan wibawa, melambangkan kekuatan pemimpin dan penghuni rumah.
6. Gorga Hariara Sundung di Langit
Motif ini berbentuk pohon hayat yang menyerupai gunungan dalam budaya Jawa. Pada bagian atas terdapat gambar burung putih (manuak-manuak hulambujati) yang menjadi simbol pembawa berkah. Sementara itu, pada bagian bawah tergambar burung merah (manuak-manuak imbulu buntal) yang bermakna pengingat agar manusia senantiasa dekat kepada Sang Pencipta.
Ukiran-ukiran gorga pada rumah adat Batak bukan hanya estetika, tetapi juga sarana menyampaikan nilai-nilai luhur, mulai dari kemajuan, perlindungan, keberkahan, hingga spiritualitas. Inilah yang membuat rumah adat Batak bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga warisan budaya penuh makna.