Horas!
Dongan BK, perayaan Tahun Baru Masehi yang jatuh pada tanggal 1 Januari berasal dari Eropa Barat, kemudian diadopsi oleh budaya Batak Toba mulai abad ke-19.
Sementara itu, perayaan Natal pertama kali dirayakan oleh umat Kristen Protestan di daerah Silindung, Batak Toba pada pertengahan tahun 1860-an, sebagai hasil dari penyebaran agama Kristen oleh misionaris, terutama Ludwig Ingwer Nommensen.
Sejak saat itu, dengan semakin berkembangnya agama Kristen Protestan dan juga Katolik Roma di Sumatera Utara, perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi satu rangkaian perayaan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan bagi masyarakat Batak Toba.
Bagi masyarakat Batak, perayaan Natal dan Tahun Baru memiliki arti yang sangat dalam. Perayaan ini dianggap sebagai momen untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, serta sebagai awal untuk memulai kehidupan yang lebih baik.
Apa Makna Tahun Baru Bagi Orang Batak?
Masyarakat Batak memiliki kalender sendiri yang disebut Parhalaan. Tahun Baru dalam kalender Batak jatuh pada bulan Sipaha Sada yang setara dengan bulan Maret dalam kalender Masehi. Hari pertama di bulan Sipaha Sada disebut Artia, dan ini dianggap sebagai Tahun Baru bagi orang Batak. Tanggal pasti Artia setiap tahunnya berbeda-beda, tergantung pada perhitungan pergerakan bulan. Tradisi Tahun Baru Batak ini diperkirakan berhubungan dengan siklus pertanian padi, terutama penanaman padi yang biasanya dilakukan pada bulan Desember saat musim hujan.
Perayaan Tahun Baru Batak, Artia Sipaha Sada, memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Batak. Dalam kepercayaan asli Batak, Ugamo Malim, perayaan ini dirayakan untuk memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi yang dianggap sebagai penyelamat umat manusia dari kejahatan. Dengan kelahiran Tuhan, manusia diharapkan dapat memulai hidup baru yang bersih dan mendapatkan kehidupan abadi di surga.
Menariknya, makna perayaan Tahun Baru Batak ini memiliki kesamaan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru yang dirayakan oleh umat Kristiani Batak saat ini, yaitu merayakan kelahiran seorang penyelamat dan dimulainya kehidupan baru, baik itu dalam konteks spiritual maupun kehidupan sehari-hari.
Namun, terdapat perbedaan pada simbol yang digunakan. Jika dalam tradisi Batak asli, Tahun Baru dikaitkan dengan bulan Maret saat padi mulai berbunga. Sementara dalam tradisi Kristiani, Tahun Baru lebih dikaitkan dengan bulan Desember, saat padi mulai ditanam dan memberikan harapan akan panen yang baik di masa depan.
Selama Natal dan Tahun Baru, Dongan BK!