Horas! Mejuah-juah!
Pernikahan adat Karo merupakan sebuah prosesi sakral yang sarat nilai budaya, filosofi, dan ikatan sosial. Setiap tahapan tidak hanya menyatukan sepasang pengantin, tetapi juga mempererat hubungan antar keluarga besar dalam struktur masyarakat Karo yang menjunjung tinggi kekerabatan.
Berikut rangkaian tahapan pernikahan adat Karo yang umumnya dijalankan, mulai dari proses awal hingga pascapernikahan.
1. Mengket Rumah Mbelin (Musyawarah Keluarga)
Tahap awal pernikahan adat Karo diawali dengan pertemuan kedua keluarga inti. Dalam pertemuan ini dibahas rencana pernikahan, kesepakatan mas kawin atau tuhor, serta pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.
2. Ngembah Belo Selambar (Prosesi Meminang)
Keluarga calon mempelai pria datang ke rumah pihak perempuan untuk menyampaikan lamaran secara resmi. Sirih atau belo selambar diserahkan sebagai simbol niat baik dan kesungguhan hati.
3. Ertutur (Pengenalan Silsilah)
Pada tahap ini, kedua pihak memperkenalkan marga dan garis keturunan masing-masing. Ertutur sangat penting dalam adat Karo untuk memastikan hubungan kekerabatan serta menghindari pelanggaran adat.
4. Nganting Manuk (Pertemuan Keluarga Besar)
Prosesi ini melibatkan keluarga besar dari kedua belah pihak. Pembahasan meliputi jumlah mas kawin, biaya pesta adat, hingga peran kalimbubu, anak beru, dan senina dalam seluruh rangkaian pernikahan.
5. Kerja Adat (Puncak Pesta Pernikahan)
Kerja adat menjadi inti dari pernikahan adat Karo. Upacara ini dilaksanakan secara terbuka dengan kehadiran keluarga besar dan masyarakat.
Tahapan dalam kerja adat meliputi:
- Ngaloken Lau Mbelin
Penyerahan mas kawin oleh pihak laki-laki kepada keluarga perempuan sebagai wujud tanggung jawab dan kesanggupan membina rumah tangga. - Rebu-rebu
Prosesi penyucian secara simbolis menggunakan air sebagai lambang pembersihan diri sebelum memasuki kehidupan baru. - Pemberkatan atau Perkawinan Gereja (bagi umat Kristen)
Setelah adat, pasangan melangsungkan pernikahan secara keagamaan sesuai kepercayaan yang dianut. - Mangan Tendi
Makan bersama sebagai simbol persatuan, kebersamaan, dan rasa syukur atas bersatunya dua keluarga. - Erpangir Ku Lau
Ritual mandi di sungai yang melambangkan pembaruan diri dan harapan akan kehidupan rumah tangga yang bersih serta harmonis.
6. Ngulihi Tudung (Kunjungan Balasan)
Beberapa hari setelah pernikahan, keluarga pihak perempuan berkunjung ke rumah keluarga laki-laki sebagai tanda terjalinnya hubungan kekeluargaan yang utuh.
7. Nganting Manuk Kecil
Pesta sederhana yang digelar sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada kerabat dan pihak-pihak yang telah membantu proses pernikahan.
8. Juma Tambar (Pemberian Sawah atau Ladang)
Pada tahap akhir, sebagian keluarga memberikan sawah atau ladang kepada pasangan pengantin sebagai bekal awal kehidupan berumah tangga dan simbol kemandirian ekonomi.
Makna Simbol dalam Pernikahan Adat Karo
- Belo (Sirih): Lambang ketulusan dan niat baik
- Manuk (Ayam): Simbol kehidupan, keberanian, dan pengorbanan
- Lau (Air): Penyucian dan pembaruan
- Tuhor (Mas Kawin): Tanggung jawab dan komitmen pihak laki-laki
Secara keseluruhan, pernikahan adat Karo bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan pengukuhan hubungan sosial antar marga dan keluarga besar. Setiap tahapan mengandung nilai kearifan lokal yang menegaskan pentingnya kebersamaan, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap adat leluhur.


