Horas!
Masa Adven di kampung halaman masyarakat Batak memiliki arti mendalam dalam menyambut perayaan Natal. Suasana penantian ini mulai terasa sejak empat minggu sebelum Hari Raya Natal, sebagai simbol persiapan rohani menyambut kelahiran Yesus Kristus.
Sekretaris Jenderal Batak Center, Jery, menjelaskan bahwa bagi masyarakat Batak, Natal bukan semata-mata perayaan keagamaan. Lebih dari itu, Natal juga mengandung nilai budaya dan kebersamaan yang kuat.
“Perayaan Natal tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga sarat dengan nilai kebudayaan serta mempererat ikatan sosial,” ujar Jery dalam siaran radio 02,8 FM Pro4 RRI Jakarta, program Apresiasi Budaya Batak, Senin (23/12/2024).
Di wilayah Bonapasogit—kampung halaman orang Batak—masa Adven dirayakan dengan penuh sukacita. Empat minggu menjelang Natal, masyarakat telah memulai rangkaian ibadah dan aktivitas kebersamaan sebagai bentuk penyambutan Sang Mesias.
“Natal menjadi momentum berkumpulnya keluarga, baik yang tinggal di kampung maupun yang merantau. Kehangatan itu terasa lewat makan bersama hingga pesta adat,” kata Jery.
Perayaan Natal masyarakat Batak juga kental dengan nuansa musik rohani berbahasa Batak, seperti O Tano Batak dan berbagai kidung Natal. Alunan gondang dan tarian tortor kerap mengiringi perayaan, menciptakan harmoni antara iman dan tradisi budaya.
Selain itu, semangat gotong royong dan solidaritas menjadi ciri khas Natal di kalangan masyarakat Batak. Penggalangan dana dan persembahan bersama dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap gereja serta masyarakat yang membutuhkan.
“Natal adalah ungkapan syukur sekaligus harapan. Doa-doa dipanjatkan untuk keselamatan dan keberhasilan di tahun yang akan datang,” tutup Jery.
Ucapan Natal dalam bahasa Batak pun menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan, memperkuat relasi antar marga, jemaat, dan komunitas, sekaligus menegaskan Natal sebagai momen iman dan kebersamaan yang hidup dalam budaya Batak.


