Horas!
Dongan BK pasti tidak asing dengan sosok A.H Nasution bukan? Jasanya dalam perang revolusi kemerdekaan Indonesia sangat besar. Bagi para pejuang kemerdekaan, Jendral A..H Nasution menjadi peletak dasar perang gerilya melawan Belanda.
Pemikirannya yang ditulis dalam buku berjudul “Strategy of Guerilla Warfare” berhasil diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing. Buku ini bahkan menjadi pedoman bagi akademi militer sejumlah negara besar, salah satunya adalah akademi West Point, di Amerika Serikat.
Abdul Haris Nasution, atau lebih dikenal sebagai A.H. Nasution, adalah salah satu tokoh yang memainkan peran kunci dalam sejarah militer dan politik Indonesia.
Lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Mandailing, Hindia Belanda, Nasution tumbuh menjadi sosok yang memimpin dengan keberanian, kecerdasan strategis, dan dedikasi tinggi terhadap bangsanya.
Seperti apa perjalanan hidup dan kiprahnya dalam militer? Mari kita simak informasi berikut ini.
1. Latar Belakang Pendidikan dan Karir Militer
A.H Nasution menempuh pendidikan militer di Sekolah Calon Perwira (SCP) dan Akademi Militer (AM) di Magelang, Jawa Tengah. Setelah lulus, ia mendapatkan tugas-tugas militer yang membentang selama berbagai periode penting dalam sejarah Indonesia.
Selama masa penjajahan Belanda, Nasution menjadi anggota Tentara Pelajar dan aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Nasution terus berperan dalam melindungi Republik baru melalui karir militernya. Ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1950, hingga diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan di kabinet Soekarno.
Salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Nasution adalah peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September pada tahun 1965. Nasution menjadi target percobaan pembunuhan. Namun, dirinya berhasil menyelamatkan diri.
2. Pensiun dan Kiprah Politik
Pada tahun 1966, terjadi perombakan kabinet, membuat Nasution berhenti menjadi Menteri dan melepas jabatan militernya. Namun, Nasution tidak berhenti berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Ia memasuki dunia politik dan menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia atau MPRS.
Selain itu, Nasution juga menulis berbagai buku, termasuk memoarnya yang terkenal berjudul “Memenuhi Panggilan Tugas,” sebanyak tujuh jilid.
3. Penghargaan dan Pengakuan
Atas pengabdian dan jasanya terhadap Indonesia, Nasution dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk Bintang Republik Indonesia Adipradana, Bintang Republik Indonesia Utama, hingga Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau dari Kerajaan Belanda. Pada tahun 1973, ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia atas pengabdiannya yang luar biasa terhadap negara.
A.H. Nasution meninggal pada 6 September 2000, tetapi warisannya tetap hidup berkat pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Sebagai tokoh militer dan politik, Nasution membantu membentuk pondasi pertahanan dan keamanan Indonesia serta meninggalkan inspirasi bagi generasi-generasi penerusnya.
Dengan kepemimpinan yang tegas dan karir militer yang cemerlang, A.H. Nasution menjadi salah satu tokoh yang sangat dihormati dan diingat dalam sejarah Indonesia, mencerminkan semangat patriotisme dan kecintaan pada bangsa.