Horas!
Dongan BK, Kawasan Toba di Sumatera Utara tak hanya memikat dengan pesona Danau Toba, tetapi juga kaya akan warisan budaya dan sejarah masyarakat Batak. Salah satu peninggalan berharga adalah Batu Basiha, atau lebih dikenal sebagai Batu Martindi, yang terletak di Desa Sibodiala, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba. Batu ini kini dilindungi sebagai cagar budaya karena nilai sejarah, arkeologi, dan budayanya yang mendalam.
Arti dari Batu Basiha
Dalam bahasa Batak Toba, “Basiha” atau “Martindi” merujuk pada tradisi kuno ritual martindi, sebuah upacara adat untuk menyampaikan pesan leluhur atau meramal nasib suatu marga atau kampung. Batu Basiha dianggap sebagai sarana spiritual untuk berkomunikasi dengan roh nenek moyang. Dahulu, para dukun adat (datu) memanfaatkan batu ini untuk mencari petunjuk dalam pengambilan keputusan penting, seperti waktu menanam, pengobatan, atau ramalan masa depan desa.
Batu Basiha berwujud batu andesit besar setinggi sekitar 1,5 meter dan lebar 80 cm, berdiri megah di tengah lahan Desa Sibodiala. Permukaannya dihiasi ukiran sederhana yang sarat makna simbolis, meskipun sebagian telah terkikis oleh waktu. Di sekitar batu, terdapat jejak ritual seperti batu landasan untuk persembahan, lingkaran batu kecil, dan batu duduk untuk musyawarah tetua adat.
Pada masa lalu, Batu Martindi menjadi pusat kegiatan spiritual masyarakat Sibodiala. Saat menghadapi tantangan seperti gagal panen, wabah, atau konflik, warga berkumpul di sekitar batu ini untuk menggelar ritual martindi demi meminta bimbingan leluhur. Meski kini ritual tersebut jarang dilakukan, Batu Basiha tetap dihormati sebagai lambang kebesaran leluhur dan identitas budaya masyarakat setempat. Sebagian warga masih meyakini bahwa roh leluhur menjaga desa melalui batu ini.
Inisiasi Pelestarian Batu Basiha
Sebagai cagar budaya resmi Kabupaten Toba, Batu Basiha dilindungi oleh pemerintah daerah bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Sumatera Utara melalui langkah-langkah seperti:
- Penyediaan papan informasi sejarah di lokasi.
- Perlindungan dari vandalisme dan pencurian bagian batu.
- Edukasi kepada masyarakat dan pengunjung tentang pentingnya situs ini.
- Penelitian mendalam oleh ahli arkeologi dan budaya Batak.
Selain pelestarian, Batu Basiha juga dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya. Pengunjung Desa Sibodiala dapat menikmati pengalaman seperti:
- Mendengarkan kisah sejarah Batu Martindi dari tetua adat.
- Melihat langsung batu bersejarah yang mencerminkan peradaban Batak kuno.
- Menyaksikan simulasi ritual adat dengan izin khusus.
Batu ini juga menjadi bagian dari program wisata edukasi bertema “Jejak Leluhur Batak”, yang mengenalkan kekayaan budaya Batak Toba kepada generasi muda dan wisatawan domestik maupun internasional.
Batu Basiha bukan sekadar peninggalan kuno, melainkan simbol perjalanan spiritual dan budaya masyarakat Batak Toba di Sibodiala. Dengan upaya pelestarian dan pengembangan wisata edukasi, situs ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang terjaga, tetapi juga sumber kebanggaan lokal, pengetahuan, dan daya tarik pariwisata di Toba
Jika klean ingin mengunjungi Batu Basiha, sebaiknya:
- Tidak menyentuh atau memindahkan batu tanpa izin resmi.
2. Berkoordinasi dengan kepala desa atau juru kunci untuk penjelasan sejarah.
3. Menghormati tradisi dan adat setempat.