Horas!
Dongan BK, ulos memiliki makna yang sangat penting dalam adat Batak, menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari setiap upacara adat. Dalam berbagai daerah di tanah Batak, seperti Toba, Simalungun, dan Karo, umumnya pihak Hula-hula yang memberikan ulos kepada pihak boru dalam prosesi pernikahan. Sementara itu, di Pakpak/Dairi dan Tapanuli Selatan, justru pihak boru yang memberikan ulos kepada mora atau kula-kula.
Pemberian Ulos Berdasarkan Hubungan Kekerabatan
Dalam adat Batak Toba, mereka yang berhak memberikan ulos antara lain:
- Pihak Hula-hula – termasuk mertua, tulang, bona tulang, bona ni ari, dan tulang rorobot.
- Dongan Tubu – seperti ayah, saudara ayah, kakek, dan kerabat yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam silsilah keluarga.
- Pariban – yaitu saudara sepupu yang berasal dari pihak ibu.
- Ale-ale – teman sejawat yang biasanya memberikan hadiah dalam bentuk kado, bukan dalam bentuk ulos sebagai bagian dari adat Dalihan Natolu.
Dalam pernikahan, urutan pemberian ulos biasanya sebagai berikut:
- Orang tua pengantin perempuan memberikan ulos terlebih dahulu.
- Disusul oleh tulang pengantin perempuan, termasuk tulang rorobot.
- Pihak dongan sabutuha dari orang tua pengantin perempuan (paidua/pamarai) memberikan ulos selanjutnya.
- Pariban, yakni boru hula-hula, turut memberikan ulos.
- Terakhir, tulang dari pengantin laki-laki menerima ulos setelah mendapatkan bagian sinamot yang telah disepakati.
Jenis Ulos yang Diberikan Sepanjang Kehidupan
Setiap orang dalam budaya Batak setidaknya akan menerima tiga jenis ulos selama hidupnya, yang disebut sebagai ulos na marsintuhu atau ulos ni tondi:
- Ulos Parompa – diberikan kepada bayi yang baru lahir, dahulu disebut ulos mangalo alo tondi.
- Ulos Marjabu atau Ulos Hela – diberikan saat seseorang menikah.
- Ulos Saput – diberikan saat seseorang meninggal dunia, dengan jenis tertentu tergantung pada status almarhum:
- Jika meninggal di usia muda tanpa keturunan, diberikan ulos parolang-olangan.
- Jika meninggalkan anak-anak kecil, diberikan ulos saput.
- Jika meninggal dalam keadaan saur matua (meninggalkan keturunan yang sudah menikah), diberikan ulos panggabei, yang juga diterima oleh seluruh keturunannya.
- Jika meninggal dalam keadaan martilahu matua (tidak ada keturunan yang meninggal sebelum dirinya), maka diberikan ulos Jugia.
Pemberian Ulos Saat Kelahiran
Saat seorang anak lahir, ada dua faktor utama yang menentukan jenis ulos yang diberikan:
- Apakah anak tersebut adalah anak sulung.
- Apakah anak tersebut anak sulung dari seorang ayah yang juga anak sulung.
Jika anak tersebut anak sulung dari ayah yang bukan anak sulung, maka hanya ayah yang memperoleh gelar mar amani…. Jika anak tersebut anak sulung dari ayah yang juga anak sulung, maka selain ayah, kakeknya juga memperoleh gelar mar ama ni… dan Ompuni….
Pihak hula-hula akan memberikan:
- Ulos Parompa untuk bayi, biasanya jenis ulos mangiring.
- Ulos Pargomgom untuk ayah, biasanya ulos suri-suri ganjang atau sitoluntuho.
- Jika anak lahir dari ayah yang anak sulung, kakeknya juga menerima ulos bulang-bulang.
Pemberian Ulos dalam Pernikahan
Dalam pernikahan, pihak hula-hula memberikan ulos si tot ni pansa, yang terdiri dari:
- Ulos Marjabu – diberikan kepada pengantin.
- Ulos Pansamot/Pargomgom – diberikan kepada orang tua pengantin laki-laki.
- Ulos Pamarai – diberikan kepada saudara tertua dari pengantin laki-laki atau saudara kandung ayahnya.
- Ulos Simolohon – diberikan kepada saudara perempuan pengantin laki-laki atau saudara perempuan ayahnya jika belum menikah.
Jika pernikahan dilakukan di pihak keluarga perempuan (dialap jual), maka diberikan ulos Tutup ni Ampang kepada boru di ampuan. Namun, jika pernikahan dilakukan di pihak keluarga laki-laki (ditaruhon jual), ulos ini tidak diberikan.
Tradisi Tambahan dalam Pemberian Ulos
Dulu, banyak keluarga dekat pengantin memberikan ulos sebagai bagian dari ragi-ragi ni sinamot (imbalan atas sinamot yang diberikan). Namun, dengan berkembangnya konsep rambu pinudun, praktik ini menjadi lebih fleksibel dan tidak selalu dilakukan secara formal.
Setelah pengantin menerima ulos, prosesi ditutup dengan taburan boras sipir ni tondi (beras sebagai simbol berkah), diiringi seruan “Horas!” sebanyak tiga kali. Prosesi ini diakhiri dengan pemberian ulos panggabei oleh tulang dari pengantin laki-laki, sebagai simbol restu dan harapan bagi rumah tangga yang baru dibangun.