Horas!
Dongan BK, Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara (Pilkada Sumut) tahun 2024 menghadirkan kontestasi menarik dengan dua calon pemimpin berdarah Batak yang mencuri perhatian. Bobby Nasution, yang mengusung visi pembaharuan dan inklusivitas, maju sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara.
Di pihak lain, Hasan Basri Sagala tampil sebagai Calon Wakil Gubernur dengan membawa misi pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada kearifan lokal.
Yuk kita tengok visi misi kedua calon pemimpin Sumatera Utara ini!
Bobby Nasution Ingin Membangun Sumut yang Inklusif dan Modern
Bobby Nasution dikenal sebagai sosok muda dengan pemikiran progresif. Setelah menjabat sebagai Wali Kota Medan, menantu mantan Presiden Joko Widodo ini terus memperluas pengaruhnya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Bobby membawa visi “Sumut Maju dan Berdaya Saing,” yang mencakup tiga pilar utama: pembangunan infrastruktur, pengembangan ekonomi berbasis digital, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dia berjanji untuk membawa Sumut menjadi pusat kemajuan di kawasan barat Indonesia, dengan fokus pada inklusivitas dan kolaborasi antarwilayah.
Mimpi Hasan Basri Sagala Mewujudkan Sumut yang Adil dan Berkelanjutan
Di sisi lain, Hasan Basri Sagala adalah politisi Batak yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia pemerintahan dan kebijakan daerah. Dalam pencalonannya sebagai Wakil Gubernur, Hasan mengusung misi “Sumut Berkeadilan dan Lestari.”
Hasan Basri Sagala menekankan pentingnya pembangunan yang memperhatikan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Hasan juga aktif dalam membangun infrastruktur dasar, seperti kesehatan dan pendidikan, terutama di wilayah terpencil Sumatera Utara.
Keunikan Pilkada Sumut 2024 ini tidak hanya berasal dari latar belakang Batak para calon, namun juga dari pendekatan mereka dalam merangkul keberagaman etnis di Sumut.
Baik Bobby dan Hasan sama-sama menyadari bahwa Sumut adalah daerah yang multikultural, dengan penduduk yang berasal dari berbagai suku seperti Batak Toba, Melayu, Karo, dan lainnya. Keduanya ingin menciptakan harmoni antar suku dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam pembangunan.