Beranda Budaya Si Raja Batak, Legenda Asal Usul Munculnya Marga Batak
Budaya

Si Raja Batak, Legenda Asal Usul Munculnya Marga Batak

Bagikan

Horas !

Pusuk Buhit merupakan salah satu daerah yang dipercaya oleh masyarakat Batak sebagai daerah asal muasal orang Batak diturunkan ke Bumi.

Orang Batak percaya bahwa bangsa Batak berasal dari satu orang yang disebut sebagai Si Raja Batak. Dari Si Raja Batak inilah muncul berbagai marga di suku Batak yang kita kenal hingga saat ini.

Kisah ini terus berkembang di kalangan masyarakat dan merupakan legenda turun temurun yang dikisahkan dari leluhur ke kita anak-anaknya. Lalu bagaimana kisahnya? Simak selengkapnya, ya!

Kisah Si Boru Deak Parujar Turun Dari Langit

Kisah Si Raja Batak dimulai dari turunnya Si Boru Deak Parujar dari langit. Ia merupakan seorang wanita keturunan Dewa yang sangat amat cantik, karena kecantikannya Si Raja Odap-odap pun sangat tertarik padanya.

Hal inilah yang membuat ia turun dari langit. Ia dipaksa untuk menikah dengan Si Raja Odap-odap, yang juga adalah keturunan Dewa.

Namun, ia tidak menyukainya dan memutuskan untuk meninggalkan kahyangan.

Dengan alat tenun dan benangnya, Si Boru Deak Parujar turun ke Banua Toru atau benua bawah untuk menemukan tempat pelarian.

Namun, ia tidak menemukan tempat untuk berpijak. Akhirnya, ia meminta bantuan kepada Mulajadi Na Bolon agar berkenan mengirimakan sebidang tanah untuk tempatnya berpijak.

Mulajadi Na Bolon kemudian mengirimkan sebidang tanah untuk Si Boru Deak Parujar. Namun, sialnya tanah ini selalu diganggu oleh Naga Padoha Niaji, seorang raksasa yang berasal dari Banua Toru.

Raksasa ini sama jeleknya dengan Si Raja Odap-odap dan ia pun sangat tertarik kepada si Boru Deak Parujar.

Si Boru Deak Parujar kemudian mencari cara untuk mengalahkan Si Naga Padoha Niaji ini. Akhirnya, ia mengambil siasat dengan makan sirih.

Warna sirih Si Boru Deak Parujar membuat perhatian Naga Padoha Niaji beralih. Ia sangat tertarik pada warna sirih tersebut dan meminta Si Boru Deak Parujar untuk membagikan padanya makanan tersebut.

“Aku akan memberikannya, asalkan tanganmu diikat, agar kau tidak dapat menangkapku”, ujar Si Boru Deak Parujar pada Naga Padoha Niaji.

Ia pun setuju tangannya diikat, asalkan makanan tersebut dibagi kepadanya. Tangannya pun diikat dengan tali pandan, namun ternyata Si Boru Deak Parujar tidak memberikan sirih tersebut.

Ilustrasi Turunnya Si Boru Nadeak Parujar Ke Banua Toru
Source : Nusantara 62

Iapun membiarkan Naga Padoha Niaji meronta-ronta sampai lelah. Bumi yang diciptakan oleh Si Boru Deak Parujar terkadang bergoyang karena diguncang gempa.

Gempa ini dipercaya merupakan hasil perilaku Naga Padoha Niaji yang sedang meronta-ronta di Banua Toru.

Lahirnya Si Raja Batak dan Marga-Marga di Tanah Batak

Seorang diri saja di Banua Tonga, ternyata membuat Si Boru Deak Parujar merasa kesepian. Tanpa disengaja, ia pun bertemu dengan Si Raja Odap-odap dan mereka sepakat untuk menjadi suami istri.

Anak pertama dari Si Boru Deak Parujar dan Si Raja Odap-odap merupakan manusia pertama di bumi. Mereka diberi nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia.

Kemudian, Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia melahirkan 3 anak, yaitu Raja Miok-miok, Patundal Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas. Dari ketiga anak tersebut hanya raja Miok-miok memiliki keturunan yaitu Eng Banua.

Kemudian, Eng Banua atau Raja Bonang-bonang melahirkan 3 orang anak lagi, yaitu Raja Tantan Debata, Si Aceh dan Si Jau. Namun, dari ketiga anak ini, hanya Raja Tantan Debata yang memiliki keturunan, yaitu si Raja Batak.

Dari Si Raja Batak inilah lahir keturunan-keturunan dan marga-marga di Tano Batak yang kemudian di sebut Tarombo pertama atau dikenal juga dengan Pustaha Laklak.

Si Raja Batak memiliki 2 keturunan, yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon. Dari kedua anaknya inilah akan menghasilkan marga-marga yang kita kenal saat ini, seperti Sinaga, Nainggolan, Aritonang, Simatupang, Siregar dan marga-marga lainnya.

Sebelum meninggal, Si Raja Batak sempat mewariskan ”Piagam Wasiat” kepada kedua anaknya Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon.

Guru Tatea Bulan mendapat ”Surat Agung” yang berisi ilmu perdukunan atau kesaktian, pencak silat dan keperwiraan.

Sementara, Raja Isumbaon mendapat “Tumbaga Holing” yang berisi kerajaan (Tatap-Raja ), hukum atau peradilan, persawahan, dagang dan seni mencipta.

Nah, inilah kisah tentang Si Raja Batak yang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat Batak hingga saat ini.

Namun, cerita tentang asal muasal marga-marga Batak masih panjang lho, Dongan BK! Pantengin terus website batakkeren.com, agar kamu tidak ketinggalan cerita lengkapnya, ya!

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Tidak hanya di Indonesia, ternyata ada suku Batak di Filipina.
Budaya

Ternyata Ada Suku Batak di Filipina, Ada yang Sudah Tahu?

Horas! Dongan BK, pernahkah klean mendengar tentang adanya suku Batak di Filipina?...

Jabu Bolon, rumah adat Batak
Budaya

Rumah Bolon: Simbol Kebudayaan Batak yang Mengagumkan

Rumah Bolon adalah lebih dari sekadar bangunan tradisional, melainkan representasi dari identitas...

Solu Bolon. perahu legendaris orang Batak.
BudayaHighlight

Mengenal Solu Bolon, Perahu Legendaris dari Danau Toba

Solu Bolon bukan hanya sekadar perahu, tetapi juga representasi dari sejarah, budaya,...

Potret Kabupaten Tapanuli Utara
Budaya

Sejarah Tapanuli Utara, Cikal Bakal 4 Kabupaten Di Sumut

Memiliki wilayah yang luas, Kabupaten Tapanuli Utara mengalami pemekaran sebanyak 3 kali...