Horas!!
Pernikahan Jessica Mila dan Yakup Hasibuan masih menjadi perbincangan yang sering kita dengar hingga sekarang. Pernikahan yang kaya dan kental akan budaya Batak menjadi sorotan dan juga pembelajaran bagi naposo Batak mengenai langkah-langkah dalam pernikahan Batak.
Salah satu proses yang mereka jalani adalah Mangain dan di dalam proses ini pakaian dan songket yang dikenakan oleh Jessica Mila menjadi sorotan karena keindahannya. Siapasih yang merancang songket Jessica Mila ini?
Perancang Songket Jessica Mila
Songket Jessica Mila yang berwarna ungu muda/lavender dengan desain yang mewah dan indah menjadi sorotan saat proses mangain ini. Songket indah ini dibuat khusus oleh seorang desainer ulos atau kain-kain Batak bernama Merdi Sihombing
Midian Sernat Sihombing Hutasoit atau dikenal dengan Merdi Sihombing merupakan seorang desainer yang karyanya sudah dikenal di manca negara. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu karyanya adalah songket Jessica Mila.
Songket ini terbuat dari benang sutra import dari China dan disulam tenun dengan menggunakan benang metalik import hingga menghasilkan motif ikat sederhana/Lungsi. Motif ini diadopsi dari motif Hiou Tapak Satur/Catur.
Kain tenun atau songket ini juga dikenal dengan nama Sotolu Huta. Kain ini dikenal sebagai kain tenunan khas Simalungun dan juga di Pakpak serta masyakarat Toba yang tinggal di Silalahi Nabolak.
Merdi Sihombing memilih warrna ungu untuk menampilkan kesan elegan, misterius, mewah, agung dan bijaksana ketika dipakai Jessica Mila.
Terpikat Ulos dan Kain Tenun
Merdi Sihombing memulai karirnya bukanlah perancang kain tenun ulos dan songket. Namun, hal pertama yang ia dalami saat menjadi perancang kain adalah kain tenun etnik Badui.
Ia mendalami kain ini selama kurang lebih 3 tahun dan biasanya ia pulang pergi Jakarta-Banten agar dapat mendalami kekayaan kain tradisional asal suku Baduy ini.
Namun, seiring berjalannya waktu, Merdi Sihombing menjadi semakin tertarik dengan kain tenun Batak. Bahkan, Merdi Sihombing acap kali mengunjungi kampung-kampung di Tapanuli, Meat, Samosir, Laguboti, Tarutung dan daerah-daerah lainnya di Tano Batak untuk memperdalam pengetahuannya terhadap budaya di Tanah Batak.
Bahkan sebagai bukti kecintaannya terhadap ulos, Merdi Sihombing telah memperkenalkan ulos ramah lingkungan ke Mancanegara lho, Dongan Batak! Salah satunya adalah di panggung fesyen di Antwerp, Belgia.
Mendirikan Eco Fashion, Industri Fashion yang Ramah Lingkungan
Kecintaannya terhadap ulos dan juga lingkungan mendorong Merdi Sihombing dan beberapa rekan lainnya, seperti Rita Darwis dan Myra Suraryo, mendirikan sebuah industri yang bernama Eco Fashion.
ECO Fashion ini mengusahakan bahan-bahan pembuat pakaian dari bahan yang tidak merusak alam. Misalnya, pewarna kain untuk ulos yang dipakai adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuhan.
Bahkan, Merdi Sihombing telah mengadakan ECO Fashion Week untuk mengenalkan kain-kain tenun Nusantara yang dibuat dari bahan-bahan alami.
Eco Fashion Week pertama di adakan di Gedung STOVIA, Jakarta tahun 2018. Kemudian, di tahun 2019, ECO Fashion Week diadakan di Belgia. Tepatnya, di mall mewah di Antwerp, Belgia.
Dalam ECO Fashion Week tahun 2019 ini, ia memamerkan Ulos dari Silahisabungan yang bertajuk Silahi.
Menampilkan Koleksi Ulos di Festival Domestik dan Mancanegara
Karya-karya Merdi Sihombing dari kain tenun telah beberapa kali ditampilkan di berbagai festival mulai dari domestik hingga mancanegara.
1. EFWA 2017 Di Perth
Eco Fashion Week Australia tahun 2017 yang diselenggarakan di Perth, Australia. Dalam EFWA ini Merdi turut mempromosikan tenun ulos yang diangkat dari budaya Toba dengan tema Toba (Mystic and Ancient)
Keistimewaan pada koleksi tenun ulos Merdi yang ditampilkan pada EFWA 2017 ini, terletak pada pewarnaannya yang berasal dari warna-warna alami yang ada disekitarnya.
Bukan hanya itu saja, Merdi juga menjadi pembicara workshop yang membahas tentang teknik pewarnaan, teknik pengenalan bahan, teknik membuat motif, dan lain-lain.
2. EFWI 2018 Di Jakarta
ECO Fashion Week Indonesia (EFWI) merupakan sebuah pameran fesyen yang bertujuan untuk melestarikan kekayaan seni tekstil Indonesia melalui metode yang ramah lingkungan.
EFWI ini diselenggarakan di Gedung Stovia, Jakarta yang bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Selain itu melestarikan kekayaan seni tekstil, EFWI juga bertujuan juga memperkaya referensi fesyen masyarakat lewat karya ethnical yang dibuat langsung oleh masyarakat di daerah tertinggal.
3. EFWI 2019 Di Belgia
Di tahun 2019, Merdi Sihombing juga menggelar Eco Fashion Week di Antoon Van Dijk Brasserie, Stadsfeestzzal, Belgia.
Dalam pagelaran ini, Merdi menampilkan ulos-ulos yang telah di re-invent yang berasal dari Dairi, Sumatera Utara.
Tema yang diangkat pada EFWI 2019 adalah Silalahi. Hal ini karena, ulos-ulos yang dipamerkan merupakan ulos marga Silalahi dan juga dikerjakan hampir semua oleh partonun marga Silalahi di Desa Silahisabungan.
Bukan hanya ulos, tas-tas cantik yang dijalin dan dianyam oleh perempuan yang bermukim di lahan gambut juga turut ditampilkan dalam EFWI 2019 ini.
4. Global Indigenous Runway 2023
Di tahun 2023, Merdi Sihombing turut menampilkan ulos dalam Global Indigenous Runway, Melbourne, Australia. Ini merupakan acara pagelaran fesyen independen yang merupakan bagian dari Paypal Melbourne Fashion Festival.
Dalam ajang ini, Merdi menonjolkan budaya Batak yang dengan tema Ulos Sitoli Huta.
Dalam koleksi ini, Merdi menampilkan inovasi dari proses tenun konvensional menjadi desain fesyen modern dalam bentuk busana. Perpaduan antara pola ulos tradisional yang unik dan pewarnaan alam dengan pemikiran gaya hidup yang kekinian menjadi ciri khas dari koleksi yang ditampilkannya.
Yayasan Merdi Sihombing
Merdi Sihombing kemudian mendirikan Yayasan Merdi Sihombing yang berfokus dan bertujuan untuk menghidupkan semangat pemuda lokal untuk melestarikan dan mendorong ekonomi kearifan lokal.
Di tahun 2019, Yayasan Merdi Sihombing berkolaborasi dengan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) untuk mengembangkan ulos Silalahi.
Yayasan Merdi Sihombing bukan hanya berfokus pada kain tenun khas Batak, namun juga berfokus pada kain tenun yang ada di daerah lain, seperti di Nusa Tenggara dan daerah lain di Indonesia.
Nah, sebagai Halak Batak kita juga harus turut mempelajari dan melestarikan budaya dan kain tenun Batak, agar kebudayaan ini dapat dilihat oleh anak cucu kita kelak.