Horas !!
Pernikahan merupakan salah satu moment sakral yang terjadi dalam kehidupan manusia. Begitu juga dengan halak Batak, pernikahan merupakan moment penting, bahagia dan sakral.
Bahkan, dalam pernikahan Batak, sering disebutkan pernikahan Batak merupakan pernikahan dua keluarga mempelai juga. Oleh karena itu, bagi kamu calon pengantin, jangan sampe salah tutur ya ketika ketemu keluarga pasanganmu.
Nah, kali ini kita akan membahas tentang partuturon dari sisi Batak Toba, ya Dongan Batak!
Partuturon
Partuturon atau panggilan terhadap anggota keluarga merupakan hal penting bagi masyarakat Batak. Selain sebagai panggilan keluarga, partuturon juga dapat membangun ikatan keluarga yang lebih kuat karena adanya panggilan akrab ini.
Nah, bagi calon pengantin, ternyata ada perbedaan panggilan kepada calon mertua sebelum menikah dan setelah menikah, apa ya?
Sebelum Menikah
Pada umumnya, dalam masyarakat Batak, anak akan memanggil orang yang lebih tua darinya dengan “amang” atau “inang”. Amang digunakan untuk memanggil orangtua pria, sementara inang digunakan untuk memanggil orangtua wanita.
Tulang dan Nantulang
Namun, panggilan tersebut akan berubah jika ada hubungan spesial antara pria dan wanita.
Jika diambil dari sudut pandang pria, pria tersebut akan memanggil tulang kepada ayah dan nantulang kepada ibu dari wanita yang menjadi pasangannya.
Amangboru dan Namboru
Sementara dari sudut pandang wanita, wanita tersebut akan memanggil amangboru kepada ayah dan namboru kepada ibu dari pria yang menjadi pasangannya.
Walaupun tidak ada hubungan darah, namun panggilan ini merupakan panggilan yang dipakai secara umum ketika Dongan Batak telah memiliki pasangan.
Sesudah Menikah
Panggilan tersebut akan berubah jika pria dan wanita tadi sudah menikah. Bahkan, kosakata untuk panggilan keluarga juga akan bertambah seiring bertambah besarnya keluarga pengantin.
Mertua atau Simatua
Baik dari sudut pandang pria atau wanita akan memanggil amang simatua untuk ayah dari pasangan masing-masing dan inang simatua untuk ibu dari pasangan masing-masing.
Hela dan Parumaen
Sementara itu, orangtua dari pasangan kita akan memanggil hela untuk menantu pria dan parumaen untuk menantu wanita.
Ipar Berbeda Gender
Panggilan yang berubah juga didapatkan dari saudara ipar pengantin.
Dari sudut pandang pria, ia akan memanggil istri dari adik/abangnya dengan inangbao.
Sementara itu dari sudut pandang wanita, ia akan memanggil suami dari adik/abangnya dengan amangbao.
Ipar Segender
Namun, panggilan akan berubah lagi, jika ternyata kita segender dengan ipar kita.
Misalnya saja, seorang pria akan memanggil ipar pria dengan lae, dan seorang wanita akan memanggil ipar wanitanya dengan eda.
Yang Dihormati
Adat Batak menganut sebuah falsafah yang hingga kini masih dipegang dengan erat dan harus dipraktekan, yaitu Dalihan Na Tolu.
Dalihan Na Tolu atau disebut juga dengan Tunggu Nan Tiga menganut sistem patrilineal, sehingga kedudukan laki-laki yang lebih utama.
Falsafah ini berisi 3 hubungan kekeluargaan yang harus selalu dipraktekkan terutama dalam pernikahan orang Batak, yaitu Hula-hula, Boru dan Dongan Tubu.
Berdasarkan falsafah dalihan na tolu ini, maka kedudukan yang paling dihormati adalah hula-hula. Hal ini karena prinsip pertama dalam falsafah dalihan na tolu adalah Somba Marhula-hula atau diartikan sebagai hormat kepada hula-hula.
Hula-hula dalam bahasa adat Batak Toba merupakan panggilan kepada keluarga dari pihak istri. Dalam pernikahan Batak, pihak pria memanggil hula-hula sebagai raja.
Hal inilah yang mendasari munculnya sebutan ‘Boru Ni Raja’ kepada wanita berdarah Batak, karena tradisi yang sudah ada sejak dahulu.
Hula-hula menempati posisi paling dihormati dalam kebudayaan adat Batak karena mereka adalah sumber hagabeon/keturunan.
Nah, Dongan Batak jangan sampai salah panggil lagi, yaa! Semakin jago kau bertutur, maka semakin besar pula peluangmu mendapatkan pujaan hatimu. Selamat berjuang! Horas!!