Horas!
Dongan BK, apa makanan khas Batak Toba favorit klean? Arsik? Naniura? Atau Mie Gomak? Ketiga makanan tadi memiliki cita rasa berbeda dari hidangan di luar daerah Sumatera Utara. Penyebabnya adalah bumbu rahasia Batak Toba, andaliman.
Andaliman sendiri masih terdengar asing di telinga banyak orang. Padahal, bumbu ini menjadi penyedap rasa masakan khas Batak Toba, lho.
Tanaman ini endemik Sumatera Utara, sehingga klean tidak bisa menemukannya di daerah lain. Penyebaran andaliman tumbuh liar di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Biasanya, andaliman hidup di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.100 sampai 1.500 mdpl.
Jika klean masih bingung, andaliman berbentuk bulat kecil bergerombol selayaknya buah pala. Andaliman sendiri memiliki cita rasa yang khas, seperti meninggalkan jejak rasa getir, kelu atau sedikit kebas di lidah.
Dongan BK penasaran tidak dengan andaliman? Yuk, mari kita simak informasi berikut ini.
1. Andaliman Sebagai Merica Khas Batak
Andaliman adalah bumbu masak dari kulit buah tanaman Zanthoxylum Acanthopodium. Bahkan, andaliman dinobatkan sebagai merica khas Batak, karena selalu diandalkan dalam setiap masakan Batak Toba.
Karena aroma dan rasanya yang kuat, penggunaan andaliman sebagai bumbu masakan harus dengan takaran yang tepat. Jika terlalu banyak dapat merusak cita rasa masakan itu sendiri. Rempah ini biasanya hanya digunakan sedikit saja sebagai penyedap.
Beberapa hidangan khas Batak menggunakan andaliman sebagai bumbu penyedapnya, seperti arsik atau ikan mas rebus dengan bumbu kuning kaya rempah, naniura atau sajian ikan mentah yang direndam dalam air jeruk purut dan rempah, kemudian sangsang atau gulai babi khas Batak Toba, dan tentu saja mie gomak.
2. Andaliman Mengandung Pengawet Alami
Andaliman telah lama digunakan masyarakat tradisional Sumatera Utara sebagai bumbu masakan khas Batak. Dengan rempah tersebut, masakan berbahan daging dan ikan mampu bertahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan rempah-rempah sebagai pengawet alami tidak menimbulkan efek negatif pada kesehatan manusia.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, andaliman kaya akan kandungan minyak atsiri. Menurut penelitian, minyak atsiri pada andaliman menghasilkan 11 komponen, dengan 5 komponen utama adalah alfapinen, limonen, geraniol, sitronelal, dan geranil asetat.
Senyawa seperti geraniol, linalool, dan limonen yang ditemukan pada andaliman ini, diketahui bersifat antioksidan. Senyawa ini mampu mencegah kerusakan oksidatif pada pangan, yang artinya dapat berfungsi sebagai pengawet pangan alami.
3. Andaliman Ternyata Sulit Dibudidayakan
Meski telah menjadi bagian tradisi kuliner Batak Toba, andaliman termasuk rempah yang masih sulit dibudidayakan. Hal ini disebabkan bijinya yang sulit untuk berkecambah. Sebagian petani mengandalkan bibit dari pohon andaliman liar untuk dibudidaya. Bahkan, ada juga yang menggunakan metode stek batang untuk mengembangkan bibit andaliman.
Di pasaran, andaliman juga memiliki harga jual yang tinggi. Saat momen biasa, andaliman dijual sekitar Rp 100 ribu per kilogram. Namun, menjelang momen upacara adat atau hari raya besar seperti Natal dan Tahun Baru, harganya bisa meroket hingga Rp 200 ribu per kilogram. Sedangkan di pasar internasional, lain cerita, sebab andaliman kian diminati beberapa negara di Eropa, salah satunya adalah Jerman.