Menyusuri Jejak Pengaruh Hindu dari India di Tanah Karo.
Menyusuri Jejak Pengaruh Hindu dari India di Tanah Karo.
Beranda Budaya Menyusuri Jejak Pengaruh Hindu dari India di Tanah Karo
Budaya

Menyusuri Jejak Pengaruh Hindu dari India di Tanah Karo

Bagikan

Horas! Mejuah-juah!

Ketika klean berkunjung ke Museum Pusaka Karo, terdapat berbagai artefak dan catatan sejarah yang menunjukkan adanya pengaruh kuat agama Hindu dari India di Tanah Karo. Salah satu peninggalan penting yang menjadi bukti pengaruh tersebut ialah tradisi Pekualuh Seberaya.

Pekualuh Seberaya: Tradisi Delapan Tahunan untuk Menghormati Leluhur

Nama Pekualuh berasal dari kata “waluh” yang berarti delapan dalam bahasa Karo, karena upacara ini dilaksanakan setiap delapan tahun sekali di Desa Seberaya. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan orang tua yang telah meninggal dunia.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa Pekualuh Seberaya telah dilakukan sejak abad ke-19, tepatnya antara tahun 1850 hingga 1880, dan dianggap sebagai salah satu upacara adat terbesar di Tanah Karo.

Artefak dan Simbol Kematian dalam Upacara Pekualuh Seberaya

Tradisi ini dijalankan oleh marga Sembiring singombak, yang mencakup Sembiring Meliala, Brahmana, Depari, Colia, Pandia, Pelawi, Muham, Tekang, dan Maha. Mereka dikenal juga sebagai Sembiring simantangken biang, yakni kelompok yang tidak memakan daging anjing.

Sejarah menyebutkan bahwa marga Sembiring berasal dari India, dan berasimilasi dengan masyarakat Karo. Oleh sebab itu, upacara Pekualuh Seberaya memiliki kemiripan dengan ritual penghormatan leluhur di India.

Dalam upacara ini, abu atau tulang-belulang leluhur dibakar, dimasukkan ke dalam wadah atau pot, lalu ditempatkan di dalam kapal kayu kecil bernama pelangkah. Kapal ini kemudian dihanyutkan ke Sungai Lau Biang atau Lau Beringin, yang melambangkan kesucian Sungai Gangga di India.

Pelangkah dibuat menyerupai perahu dengan kepala berbentuk burung rangkong, dan di atasnya terdapat patung-patung miniatur: laki-laki bersenjata di depan serta perempuan di belakang, yang digambarkan sebagai guru sibaso atau dukun perempuan. Patung-patung ini disebut gana-gana.

Namun, sejak masa kolonial Belanda dan masuknya agama Kristen ke Tanah Karo, tradisi Pekualuh Seberaya mulai ditinggalkan dan tidak lagi dilaksanakan.

Arca Wisnu di Bintang Meriah: Jejak Hindu yang Masih Terlihat

Selain Pekualuh Seberaya, peninggalan lain pengaruh Hindu India juga dapat ditemukan di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo. Di sana berdiri arca bergambar Dewa Wisnu, yang menjadi bukti konkret bahwa ajaran Hindu pernah hidup di wilayah ini.

Pengaruh tersebut kemudian melahirkan sistem kepercayaan agama pemena, agama asli masyarakat Karo sebelum masuknya agama-agama besar.
Agama pemena mengenal konsep tiga kekuatan ilahi:

  • Dibata datas (Guru Batara) – penguasa dunia atas,
  • Dibata tengah (Padukah ni Aji) – penguasa dunia manusia,
  • Dibata teruh (Banua Koling) – penguasa dunia bawah.

Konsep ini memiliki kemiripan dengan ajaran Trimurti Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Hubungan Awal antara India dan Tanah Karo

Sejarah mencatat bahwa pada abad pertama Masehi, orang India Selatan yang beragama Hindu mulai bermigrasi ke Indonesia, termasuk ke wilayah Sumatera. Mereka membawa aksara Sanskerta dan Pallawa, serta nilai-nilai ajaran Hindu.

Pada abad kelima, gelombang migrasi lain memperkenalkan agama Buddha dan tulisan Nagari, yang kelak menjadi dasar aksara Batak.
Sumber dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id bahkan menyebut bahwa nama marga Sinulingga kemungkinan berasal dari Kerajaan Kalingga di India.

Buku Sejarah Karo dari Zaman ke Zaman (1995) karya Kongsi Sembiring Brahmana menjelaskan bahwa banyaknya nama Lingga di Karo, Pakpak Bharat, dan Simalungun menunjukkan pengaruh kuat sekte Siwa pada masa lalu.

Dalam buku itu juga disebutkan kisah Resi Megit Brahmana, seorang pendeta dari India yang datang ke Sumatera pada abad ke-16. Ia menyebarkan ajaran Hindu sekte Siwa, menikah dengan perempuan Karo beru Purba, dan memiliki tiga putra: Si Mecu, Si Mbaru, dan Si Mbulan. Keturunan mereka inilah yang menjadi leluhur marga Sembiring Brahmana di Tanah Karo hingga kini.

Melalui artefak, tradisi, dan catatan sejarah yang masih tersisa, jejak pengaruh agama Hindu dari India di Tanah Karo menjadi bagian penting dari identitas budaya dan spiritual masyarakat Karo. Warisan ini memperlihatkan betapa terbukanya Tanah Karo terhadap akulturasi budaya, sekaligus menegaskan peran kawasan ini sebagai salah satu titik penting dalam sejarah peradaban Nusantara.

Bagikan
ads image
ads image
ads image
Artikel Terkait
Makna Marsibuha-buhai dalam Adat Perkawinan Batak Toba.
Budaya

Makna Marsibuha-buhai dalam Adat Perkawinan Batak Toba

Horas! Dongan BK, dalam tradisi Batak Toba, Marsibuha-buhai merupakan salah satu tahapan...

60 Kosakata Bahasa Karo dan Artinya.
Budaya

60 Kosakata Bahasa Karo dan Artinya, Dari Bujur sampai Mejuah-juah

Horas! Mejuah-juah! Pasti klean pernah mendengar kata “Bujur” atau sapaan khas “Mejuah-juah”?...

Mengenal Identitas Suku Batak (Werner Bayer/Flickr.com).
Budaya

Mengenal Identitas Suku Batak: Asal-Usul, Marga, Bahasa, hingga Tradisinya

Horas! Dongan BK, suku Batak merupakan salah satu kelompok etnis besar di...

Kumpulan 50+ Kosakata Bahasa Simalungun Beserta Artinya.
Budaya

Kumpulan 50+ Kosakata Bahasa Simalungun Beserta Artinya

Horas! Dongan BK, Indonesia dikenal dengan keberagaman bahasa daerah yang kaya makna...